Skandal Penanganan Pandemi Covid-19 Brasil: Rumah Sakit Dituduh Salah Urus, Berikan Obat Tak Teruji
Kompas dunia | 10 Oktober 2021, 21:53 WIBSAO PAULO, KOMPAS.TV - Brasil merupakan salah satu negara dengan penanganan pandemi Covid-19 yang paling dipertanyakan. Belakangan ini, citra penanganan pandemi Brasil diperparah oleh skandal rumah sakit.
Sejumlah rumah sakit di Brasil dituduh salah merawat pasien dan memberikan obat-obatan tak teruji. Pekan lalu, sejumlah dokter pembocor (whistleblower) memberi kesaksian tersebut kepada Senat Brasil melalui pengacara mereka.
Salah satu korban salah penanganan adalah Irene Castilho, wanita 71 tahun asal Sao Paulo, Brasil. Ia terinfeksi Covid-19 dan dilarikan ke rumah sakit yang dikelola Prevent Senior pada 22 Maret 2021.
Prevent Senior merupakan sebuah lembaga yang mengelola sepuluh rumah sakit di Sao Paulo. Lembaga ini menjadi tertuduh dalam skandal yang terkait layanan kesehatan Brasil tersebut.
Baca Juga: Kepala Suku Pribumi Brasil Ini Kirim Surat ke Macron Minta Tolong Selamatkan Hutan Amazon
Menurut pihak keluarga, Castilho diberi obat-obatan yang belum teruji seperti hydroxychloroquine dan ivermectin. Namun, kondisinya memburuk saat menjalani perawatan di rumah sakit yang dikelola Prevent Senior.
Saat Castilho diintubasi, dokter meminta persetujuan putrinya untuk memberinya flutamide, obat untuk kanker prostat. Pihak keluarga menolak karena sang ibu diketahui mengidap kanker liver.
Akan tetapi, pihak keluarga menyaksikan Castilho tetap diberi flutamide oleh suster. Suster itu mengatakan bahwa obat itu telah diresepkan kendati pihak keluarga keberatan.
Pada akhir April 2021, Irene Castilho meninggal dalam perawatan rumah sakit.
Pihak keluarga pun tak terima atas perawatan rumah sakit.
“Ini adalah kebenaran yang saya harap merupakan kebohongan. Ini adalah luka yang tak menimbulkan bekas,” kata putri Irene, Katia Castilho, kepada Associated Press.
Kasus Irene Castilho adalah salah satu dari sekian kasus yang membelit Prevent Senior. Skandal ini ramai diperkarakan sejak September 2021.
Lembaga tersebut meresepkan obat-obatan yang tidak disarankan oleh badan kesehatan internasional.
Pada 3 Oktober, tiga mantan dokter Prevent Senior menyebut bahwa lembaga itu mewajibkan para dokter untuk meresepkan hydroxychloroquine.
“Antara akhir Maret hingga April (2020), Prevent Senior mewajibkan untuk meresepkan hydroxychloroquine bagi pasien. Tidak ada otonomi bagi dokter, itu wajib,” kata Souza Neto, salah satu dokter bekas pekerja Prevent Senior.
Penggunaan hydroxychloroquine untuk pasien Covid-19 didukung oleh Presiden Jair Bolsonaro. Padahal, hanya sedikit riset pada awal pandemi yang menduga bahwa obat itu kemungkinan bermanfaat.
Anggapan tersebut kemudian dibantah riset ekstensif di berbagai penjuru dunia yang menyebut hydroxychloroquine tidak efektif dan bahkan berpotensi berbahaya bagi pasien Covid-19.
Skandal Prevent Senior menyorot kontroversi penanganan pandemi Covid-19 di Brasil. Banyak pejabat pemerintah termasuk presiden mengabaikan rekomendasi ilmuwan internasional, justru menawarkan “alternatif” sendiri.
Selain tuduhan salah perawatan, Prevent Senior juga dituduh memalsukan sertifikat kematian. Mereka dituding memalsukan penyebab kematian untuk menurunkan statistik kematian akibat Covid-19.
Baca Juga: Presiden Brasil Jair Bolsonaro Ramal Masa Depannya: jika Tak Dipenjara, Terbunuh atau Menang Pilpres
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press