Bermaksud Liburan, Mahasiswa Inggris Malah Terjebak di Kabul saat Diduduki Taliban
Kompas dunia | 16 Agustus 2021, 16:03 WIBKABUL, KOMPAS.TV - Seorang mahasiswa memutuskan liburan ke Afghanistan setelah penasaran karena mendapatinya sebagai negara paling berbahaya untuk dikunjungi di internet.
Akhirnya mahasiswa benama Miles Routledge itu terjebak di Kabul saat Taliban masuk dan menduduki kota itu, Minggu (15/8/2021).
Routledge ternyata sempat berpikir semuanya akan baik-baik saja, meski dirinya menuju negara yang berbahaya.
Pasalnya, ia berpikir Afghanistan tak akan jatuh ke tangan Taliban setidaknya untuk sebulan lagi.
Baca Juga: Profil Abdul Ghani Baradar, Kepala Biro Politik Taliban yang Disebut Calon Presiden Afghanistan
Tetapi setelah berada dua hari di Afghanistan, Taliban memasuki kota dan seluruh penerbangan keluar kota dibatalkan.
Ia pun mengungkapkan kondisinya di Facebook.
“Saya terjebak di Afghanistan. Sedikit pahit,” tulis mahasiswa malan tersebut.
Routledge pun menceritakan dari rumah perlindungan di Kabul, bagaimana ia memutuskan untuk pergi ke Afghanistan.
“Saya melihat video di Youtube mengenai orang yang pergi ke sana. Saya pikir mungkin kasus terburuk adalah keracunan makanan,” tuturnya kepada The Spectator dikutip dari Daily Star.
Ia kemudian menuliskan dalam akun Facebook-nya, saat ini kondisinya tidak bisa dikatakan baik.
“Semuanya tak berjalan baik bagi saya sekarang, setelah saya berbicara dengan jurnalis mengenai pengalaman saya,” tulisnya.
Baca Juga: Anak Donald Trump Serukan Biden Mundur Usai Taliban Kepung Aghanistan
“Saya berjuang untuk berdiri dan menghemat air. Saya pikir saya tak akan tidur malam ini. Saya telah melihat terlalu banyak orang mati,” tambah Routledge.
Ia pun mengaku kaget karena keinginannya untuk melihat sesuatu yang berbeda malah membuat mentalitasnya menurun.
“Saya tak yakin apa yang terjadi sekarang. Wajah saya di kaca telihat tak benar,” katanya.
Meski begitu, Routledge mengaku tak menyesali apa yang terjadi kepadanya.
Pesan dukungan kepadanya pun mengalir dari seluruh dunia, dan ia mengaku hal itu menjadi kekuatan baginya melewati waktu.
Saya tak akan melakukannya tanpa Anda semua,” tulisnya.
Baca Juga: PM Malaysia Muhyiddin Yassin Resmi Mengundurkan Diri, Namun Tetap Jadi Perdana Menteri Interim
Selain itu keyakinannya sebagai seorang Katolik juga membantu melewati pengalaman traumatis ini.
Ia bahkan mengaku siap mati jika diancam dengan senjata untuk meninggalkan agamanya.
Ia pun merasa perjalanan ini sebagai ujian dari Tuhan untuknya.
Routledge pun berharap pemeintah Inggris bisa mendengar ceritanya dan menolongnya kabur dari Kabul.
Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto
Sumber : Daily Star