Profil Abdul Ghani Baradar, Kepala Biro Politik Taliban yang Disebut Calon Presiden Afghanistan
Kompas dunia | 16 Agustus 2021, 13:32 WIBKABUL, KOMPAS.TV - Keberhasilan Taliban merebut Kabul, Minggu (15/8/2021) membuat Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani harus kabur ke luar negeri.
Hal itu membuat Taliban diyakini akan mulai mengisi kekosongan kursi Presiden karena kepergian Ghani.
Apalagi, banyak rakyat yang kecewa dengan sikap Ghani yang memutuskan untuk kabur saat rakyatnya tengah berada dalam ketakutan dan ketidakpastian.
Adalah Kepala Politik Taliban, Abdul Ghani Baradar yang disebut sebagai calon kuat Presiden Afghanistan selanjutnya.
Baca Juga: Taliban Duduki Kabul, Jusuf Kalla Optimistis Afghanistan Tak akan Perang Saudara
Baradar merupakan mantan Wakil dari Mullah Mohammed Omar, sekaligus salah satu pembentuk Taliban.
Pria yang diperkirakan berusia 52 atau 53 tahun itu memang lebih dikenal oleh publik, ketimbang pemimpin Taliban lainnya, Hibatullah Akhundzada.
Baradar langsung mengunjungi Kabul dari Doha setelah keberhasilan tersebut.
Dikutip dari The Guardian, pada sebuah pesan video setelah pendudukan Kabul, Baradar mengatakan ini menjadi awal dari ujian Taliban, dan mereka harus melayani Afghanistan.
Lahir dan besar di Kandarhar, yang juga merupakan tempat kelahiran Taliban, kehidupan Baradar dilalui dengan invasi Uni Sovyet ke negara itu pada akhir 1970-an.
Akibatnya hal itu membuatnya menjadi seorang pemberontak.
Baca Juga: Inilah Kesalahan Pentagon Dibalik Runtuhnya Kekuatan Militer Pemerintah Afghanistan
Ia dipercaya berjuang bersama-sama dengan Mullah Omar, dan kemudian keduanya mendirikan Taliban pada awal 1990-an, di tengah kekacuan dan korupsi perang saudara yang Meletus setelah penarikan diri Uni Sovyet.
Ketika Taliban memimpin pemerintahan Afghanistan pada 1996 hingga 2001, Baradar memainkan peran militer dan adminstratif.
Ketika AS dan sekutunya menggulingkan Taliban pada 2001, Baradar merupakan Wakil Menteri Pertahanan.
Menyusul runtuhnya Taliban, Baradar diyakini berada di antara kelompok kecil pemberontak yang mendekati Presiden Afghanistan saat itu, Hamid Karzai.
Saat itu ia mengirimkan surat kepada Karzai yang menguraikan kesepakatan potensial yang membuat para militan mengakui pemerintahan baru.
Baca Juga: Taliban Bebaskan Ribuan Tahanan Termasuk dari ISIS dan Al Qaeda, Ini Perbedaan Ketiga Kelompok Itu
Baradar pun sempat ditangkap di Pakistan pada 2010.
Tetapi tekanan dari Amerika Serikat (AS) membuat Baradar dibebaskan pada 2018 dan kemudian direlokasi ke Qatar.
Ketika itu, ia pun diangkat sebagai Kepala Politik Taliban.
Baradar juga berandil dalam kesepakatan dengan AS terkait penarikan mundur para tentara negara adi daya itu yang sudah 20 tahun berada di Afghanistan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto
Sumber : The Guardian