Kini Terdeteksi di Lebih dari 100 Negara, Varian Delta Diperkirakan Jadi Varian Dominan di Dunia
Kompas dunia | 9 Juli 2021, 11:02 WIBJENEWA, KOMPAS.TV – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, virus SARS-CoV-2 varian Delta kini telah terdeteksi di lebih dari 100 negara. Dalam beberapa bulan ke depan, varian ini diperkirakan akan menjadi varian yang dominan di dunia, lantaran ia menyebar dengan cepat di negara-negara, baik yang memiliki tingkat vaksinasi tinggi maupun rendah.
Delta, yang pada bulan Mei ditetapkan sebagai varian yang dikhawatirkan, diyakini menjadi biang keladi gelombang Covid-19 kedua ganas yang melanda India. Tingkat penularan harian di negara itu pada bulan Mei, melebihi 400.000 kasus.
Baca Juga: WHO: Varian Delta Telah Menyebar ke Hampir 100 Negara, Dunia dalam Periode Berbahaya Pandemi
Melansir Al Jazeera pada Rabu (7/7/2021), puluhan negara lain termasuk Afrika Selatan, Bangladesh, Indonesia dan Thailand telah memberlakukan larangan bepergian atau pengetatan lockdown yang baru sebagai upaya meredam penyebaran Covid-19.
Varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020. Pada 1 Juni, varian ini telah menyebar ke 62 negara. Dua minggu kemudian, varian Delta ditemukan di 80 negara. Dan pada 4 Juli, jumlah negara-negara yang terpapar telah mencapai 104 negara. Kazakhstan, Laos, Latvia, Lebon, Namibia, Oman dan Sierra Leone merupakan negara-negara yang baru saja mengonfirmasi kehadiran varian ini di wilayah mereka.
Baca Juga: WHO Sebutkan Kerumunan di Euro 2020 Picu Lonjakan Infeksi Covid-19
Varian yang dikhawatirkan (Variants of Concern) : Alpha, Beta, Gamma dan Delta
Seperti layaknya virus lain, virus corona SARS-CoV-2 pun berevolusi. Kadang-kadang, varian-varian baru itu muncul, lalu menghilang. Terkadang, variasi membuat virus menyebar dengan lebih mudah dan cepat, hingga kasus Covid-19 pun bertambah dengan cepat. Peningkatan jumlah kasus menekan sistem kesehatan di negara-negara yang terpapar dan berakibat pada massifnya pasien dan korban jiwa.
WHO telah mengidentifikasi 4 macam varian yang termasuk Variants of Concern, yakni Alpha, Beta, Gamma dan Delta. Sementara 4 varian lainnya digolongkan dalam Variants of Interest, yang belum terbukti menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan masyarakat, yakni Eta, Iota, Kappa dan Lambda.
Varian Alpha pertama kali terdeteksi di Inggris pada September 2020, dan hingga Juli 2021, telah menyebar ke 173 negara. Varian Beta yang pertama terdeteksi di Afrika Selatan pada Mei 2020, kini telah menyebar ke 122 negara. Sementara, varian Gamma yang terdeteksi pertama kali di Brasil pada November 2020, kini telah menyebar ke 74 negara. Dan varian Delta yang pertama terdeteksi di India pada Oktober 2020, hingga kini telah merebak ke 104 negara.
Baca Juga: Rekomendasikan Obat Baru untuk Pasien Covid-19, WHO Desak Perusahaan Farmasi Turunkan Harganya
Di antara 4 varian yang dikhawatirkan, Delta diyakini menjadi varian yang paling menular. Menurut sejumlah studi, varian Delta diperkirakan antara 40 – 60 persen lebih menular daripada varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Vaksin Tak Melindungi 100 Persen
WHO menyatakan, dibutuhkan lebih banyak data penelitian untuk mengonfirmasi jika varian Delta menyebabkan kasus yang lebih parah dibandingkan varian yang lainnya.
Di saat yang sama, WHO juga mendesak pemerintah negara-negara untuk meningkatkan vaksinasi mereka. WHO juga menyerukan agar negara-negara kaya memastikan ketersediaan vaksin secara adil di negara-negara miskin dan berkembang untuk mencegah ancaman kebangkitan kembali Covid-19.
Baca Juga: Waspada! Varian Lambda Sudah Menyebar ke 29 Negara, WHO Masih Memantau Perkembangannya
“Berita baiknya adalah, seluruh vaksin yang disetujui oleh WHO untuk penggunaan darurat, memang melindungi diri dari berkembangnya penyakit menjadi lebih parah, hingga harus dirawat di rumah sakit, atau meninggal dunia, akibat varian Delta,” ujar kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan pekan ini.
Swaminathan mengimbuhkan, “Tak ada satu pun dari vaksin yang kita punya sekarang yang melindungi 100 persen. Itu sebabnya, bahkan jika Anda sudah divaksinasi, Anda bisa tetap tertular. Namun, gejala yang dirasakan hanya sedikit, atau bahkan tanpa gejala sama sekali, dan kemungkinan jatuh sakit parah sangat, sangat kecil.”
Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV