> >

PBB Serukan Penghapusan Rasisme Sistemik Terhadap Keturunan Afrika

Kompas dunia | 29 Juni 2021, 05:58 WIB
Persidangan Dewan HAM PBB di Markas PBB Jenewa. Rasisme sistemis terhadap orang-orang keturunan Afrika masih terjadi di banyak bagian dunia, sehingga Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Michelle Bachelet menyeru semua negara untuk menghapus perlakuan tersebut.  (Sumber: AFP/Getty Images)

JENEWA, KOMPAS.TV - Rasisme sistemis terhadap orang-orang keturunan Afrika masih terjadi di banyak bagian dunia, sehingga Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Michelle Bachelet menyeru semua negara untuk menghapus perlakuan tersebut. 

Bachelet juga mendesak mereka mengadili para pejabat penegak hukum atas pembunuhan di luar hukum.

Bachelet, dalam laporan global yang dipicu oleh pembunuhan George Floyd oleh seorang polisi di Minneapolis, Amerika Serikat, pada Mei 2020, mengatakan persoalan rasial dan penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi telah mengakar di sebagian besar Amerika Utara, Eropa, dan Amerika Latin.

Rasisme struktural menciptakan hambatan bagi akses minoritas ke pekerjaan, perawatan kesehatan, perumahan, pendidikan, dan keadilan, kata Bachelet.

"Saya menyerukan kepada semua negara untuk berhenti menyangkal, dan mulai menghapus rasisme, untuk mengakhiri impunitas dan membangun kepercayaan, untuk mendengarkan suara orang-orang keturunan Afrika, dan untuk menentang warisan masa lalu dan memberikan ganti rugi," kata Bachelet dalam laporan kepada Dewan HAM PBB, Senin.

Bachelet menyambut baik "inisiatif yang menjanjikan" dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam menandatangani perintah eksekutif pada Januari untuk mengatasi ketidakadilan rasial di seluruh AS.

Laporannya menyebutkan 190 kematian orang Afrika dan orang-orang keturunan Afrika di seluruh dunia di tangan petugas penegak hukum dalam satu dekade terakhir --sebagian besar di AS.

"Dengan pengecualian kasus George Floyd, tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban," ujar Mona Rishmawi, kepala cabang aturan hukum yang memimpin laporan itu, pada konferensi pers.

Baca Juga: Badan HAM PBB Lakukan Investigasi Kejahatan Perang di Konflik Israel-Palestina, Netanyahu Kesal

Patrick Hutchinson, seorang aktivis kulit hitam membawa seorang pria kulit putih ke tempat aman selama perkelahian antara pengunjuk rasa anti-rasisme dan lawan sayap kanan di London pada bulan Juni lalu. (Sumber: Reuters)

Laporan itu menyoroti tujuh "kasus simbolis", termasuk kasus Floyd. Seorang hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 22 tahun enam bulan pada perwira polisi Derek Chauvin atas pembunuhan Floyd --peristiwa yang memicu gerakan protes nasional "Black Lives Matter" di AS.

Korban lainnya termasuk seorang anak laki-laki Afrika-Brazil berusia 14 tahun, yang ditembak mati dalam operasi polisi anti narkoba di Sao Paulo pada Mei 2020, dan seorang warga Prancis asal Mali berusia 24 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi pada Juli 2016.

"Seorang ibu (Brazil) secara khusus mengatakan kepada kami 'Anda selalu berbicara tentang George Floyd. Setiap hari kami memiliki George Floyd di sini dan tidak ada yang membicarakannya'," kata Rishmawi.

"Kami menyadari kami hanya menyentuh puncak gunung es."

Momok paling banyak terjadi di negara-negara dengan warisan perbudakan, perdagangan transatlantik di Afrika, atau kolonialisme yang menghasilkan komunitas besar orang-orang keturunan Afrika, menurut laporan itu.

"Rasisme sistemis membutuhkan respons sistemis. Saat ini ada peluang penting untuk mencapai titik balik bagi kesetaraan dan keadilan rasial," kata Bachelet, menegaskan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU