> >

Sebut Genosida Rakyat Armenia Sebagai Kebohongan, Erdogan: Kami akan Terus Membela Kebenaran

Kompas dunia | 23 April 2021, 16:33 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Sumber: AP Photo)

ANKARA, KOMPAS.TV - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan akhirnya buka suara terkait pengakuan Amerika Serikat akan genosida rakyat Armenia oleh Kesultanan Ottoman.

Erdogan mengungkapkan peristiwa genosida tersebut merupakan sebuah kebohongan.

Ia pun berjanji akan terus membela kebenaran terkait tuduhan tersebut.

Baca Juga: Joe Biden akan Akui Genosida Armenia oleh Kesultanan Ottoman, Hubungan dengan Turki Bakal Memburuk

“Turki akan terus membela kebenaran atas kebohongan yang disebut genosida rakyat Armenia, dan melawan siapa pun yang mendukung fitnah ini dengan kalkulasi politik,” ujar Erdogan kepada Anadolu Agency, Kamis(22/4/2021).

Pesan Erdogan itu datang setelah Presiden AS, Joe Biden dikabarkan bakal mengumumkan untuk mengkategorikan peristiwa yang terjadi pada 1915 itu sebagai genosida.

Biden rencananya akan mengumumkan bahwa AS mengakui terjadinya genosida rakyat Armenia pada hari peringatannya, Sabtu (24/3/2021).

Baca Juga: Majelis Rendah Parlemen Inggris Umumkan Genosida Terjadi Pada Muslim Uighur di China

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu sempat mengatakan pengakuan AS terhadap insiden itu akan membuat hubungan kedua negara memanas.

“Pernyataan yang tak memiliki ikatan hukum tak akan bermanfaat, tetapi akan merusak hubungan. Jika AS ingin melakukannya, keputusan di tangan mereka,” ungkapnya.

Baca Juga: Kebakaran di Rumah Sakit Khusus Covid-19 di India, 13 Pasien Tewas

Genosida Armenia disebut merupakan pembunuhan massa sistematik dan pembersihan etnis Armenia yang diperkirakan berjumlah satu juta orang oleh Kesultanan Ottoman pada Perang Dunia I, yang terjadi antara 1915 hingga 1917.

Paramiliter Ottoman melakukan kekerasan saat menginvasi wilayah Rusia dan Persia.

Genosida terjadi setelah kekalahan Ottoman pada Peperangan Sarikamish, yang diyakini karena pengkhianatan Armenia.

Baca Juga: Elon Musk Janjikan Rp1,4 Triliun bagi yang Bisa Menghilangkan Karbon Dioksida di Atmosfer Bumi

Namun sumber dari Asosiasi Mahasiswa Turki di Universitas Stanford di situs web.stanford.edu, menyebutkan kekerasan pada PD I itu terjadi saat Armenia membentuk milisi untuk membantu pasukan Rusia masuk ke Anatolia.

Kala pasukan Ottoman pada 15 April 1915, menarik pasukannya dari timur dan Armenia, mereka merelokasi warga Armenia.

Saat relokasi inilah warga Armenia mengalami penderitaan kala diangkut ke provinsi kekaisaran Suriah. Disebut mereka banyak diserang oleh kelompok lokal, geng sampai menderita kelaparan dan terkena epidemi.

Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU