Terkait Perjanjian Program Nuklir, Iran dan AS akan Kembali Bernegosiasi Lewat Perantara
Kompas dunia | 3 April 2021, 16:04 WIBWINA, KOMPAS.TV - Amerika Serikat dan Iran sepakat akan memulai negosiasi menggunakan perantara untuk mencoba membuat kedua negara kembali mematuhi perjanjian yang membatasi program nuklir Iran. AS diketahui telah menarik diri dari kesepakatan tersebut sejak era Donald Trump nyaris tiga tahun lalu.
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu, (03/04/2021), pengumuman tersebut menandai kemajuan nyata dalam upaya mengembalikan kedua negara ke perjanjian nuklir 2015.
Perjanjian tersebut mengikat Iran pada pembatasan pengembangan nuklir sebagai imbalan atas keringanan sanksi AS dan sebagian dunia internasional.
Presiden AS saat ini, Joe Biden, mengatakan prioritas pemerintahannya adalah memulihkan kembali partisipasi ASdalam perjanjian nuklir Iran tersebut, dan membuat para pihak kembali mematuhi kesepakatan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, menyebut dimulainya kembali negosiasi, yang dijadwalkan hari Selasa, (06/04/2021) di Wina, adalah "langkah maju yang sehat." Tapi Price menambahkan, "Ini masih awal, dan kami tidak mengantisipasi terobosan langsung karena akan ada diskusi yang sulit di depan."
Kesepakatan tentang dimulainya pembicaraan tidak langsung itu datang setelah Uni Eropa membantu memfasilitasi pertemuan virtual para pejabat dari Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan Iran, yang semuanya tetap dalam kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Price mengatakan: "Masalah utama yang akan dibahas adalah langkah-langkah nuklir yang perlu diambil Iran untuk kembali mematuhi ketentuan JCPOA, dan langkah-langkah keringanan sanksi yang perlu diambil Amerika Serikat untuk kembali mematuhi perjanjian tersebut."
AS, seperti Iran, mengatakan saat ini tidak mengantisipasi pembicaraan langsung antara kedua negara. Namun, Price mengatakan AS tetap terbuka untuk gagasan itu.
Dalam sebuah tweet, Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan tujuan dari pembicaraan di Wina, Austria, adalah untuk "dengan cepat menyelesaikan langkah-langkah pencabutan semua sanksi, diikuti oleh Iran yang menghentikan langkah-langkah remedial."
Televisi pemerintah Iran mengutip Abbas Araghchi, negosiator nuklir Iran pada pertemuan virtual tersebut, menuturkan:
"AS dapat kembali ke kesepakatan dan berhenti melanggar hukum dengan cara yang sama seperti saat menarik diri dari kesepakatan dan menjatuhkan sanksi ilegal terhadap Iran."
Sejak penarikan diri AS dari perjanjian tersebut, Iran terus-menerus melanggar pembatasannya, seperti menambah jumlah dan meningkatkan kemurnian uranium.
Badan Energi Atom Internasional mengatakan, selama dua tahun terakhir Iran telah mengumpulkan banyak bahan nuklir dan punya kapasitas baru di bidang itu, serta menggunakan waktu yang ada untuk "mengasah keterampilan mereka di bidang-bidang ini".
Pada bulan Januari lalu di fasilitas nuklir Fordo, Iran meningkatkan pengayaan uranium hingga level 20%. Hal tersebut menempatkan Teheran dalam langkah teknis yang relatif lebih mudah untuk mencapai uranium tingkat senjata pada level 90%.
Iran sekarang memiliki cukup uranium untuk diubah ke tingkat pengayaan yang lebih tinggi dan membuat bom. Namun, tentu saja, mereka menegaskan tidak berusaha membuat bom nuklir.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV