> >

Dokter dan Tenaga Kesehatan Ikut Dalam Protes Anti-Kudeta di Myanmar

Kompas dunia | 22 Maret 2021, 04:23 WIB
Demonstran melempar bom molotov ke arah polisi pada Minggu (21/3/2021) di wilayah Thaketa, Yangon, Myanmar. (Sumber: Associated Press)

MANDALAY, KOMPAS.TV - Tenaga kesehatan berbaris di Mandalay, Myanmar, pada Minggu (21/3/2021). Dengan memakai jas putih panjang, sekitar 100 dokter, perawat, mahasiswa dan apoteker meneriakkan slogan dan protes mereka terhadap kudeta di Myanmar yang berlangsung pada 1 Februari lalu.

Mandalay kini telah menjadi kota tempat prostes terjadi. Para demonstran juga telah mengadakan protes tanpa manusia. Dalam taktik ini, mereka membuat antrean papan nama di jalan-jalan dan area publik lainnya sebagai perwakilan unjuk rasa yang dilakukan manusia.

Protes adalah bagian dari gerakan pembangkangan sipil yang kini telah meluas di Myanmar. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, jumlah pengunjuk rasa telah menurun drastis dan jumlah korban tewas meningkat. Hal ini karena brutalnya polisi Myanmar yang menembaki para demonstran. Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik telah memverifikasi sebanyak 247 kematian secara nasional.

Baca Juga: Rakyat Myanmar Tolak Makamkan Polisi yang Meninggal, Kebencian karena Bunuhi Demonstran?

Seperti dikutip dari the Associated Press, pada protes yang terjadi hari minggu, sedikitnya satu orang tewas ditembak di kota Monywa.

Myanmar Now, yang mengutip seorang dokter di Monywa, mengidentifikasi korban tersebut sebagai Min Min Zaw. Ia ditembak mati di kepala saat membantu membentuk barikade untuk protes. Hampir semua demonstran yang tewas mengalami tembakan di kepala.

Pada hari Minggu, pengunjuk rasa pecah menjadi kelompok-kelompok kecil dan mengubah waktu pawai mereka untuk menghindari konfrontasi dengan polisi. Pada periode awal setelah kudeta, protes di sana menarik banyak orang. Tapi setelah polisi menembak ke kerumunan, jumlah demonstran menjadi turun drastis.

Baca Juga: Anak Junta Militer Myanmar Jadi Buruan Demonstran di Luar Negeri

Menurut postingan di media sosial, wilayah Thaketa menjadi salah satu kota tempat terjadinya penembakan pada hari Minggu. Selain itu, penembakan juga terjadi di wilayah Tachileik, Taunnggyi, dan Gangaw.

Aksi unjuk rasa selama akhir pekan lalu, mendapat dukungan dari luar negeri. Unjuk rasa anti-kudeta juga terjadi di beberapa kota besar dunia seperti Tokyo, Taipei dan New York.

Hingga saat ini, diperkirakan hampir 250 kematian telah dikonfirmasi sejak kudeta terjadi. Namun demikian, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan, jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.

Kelompok tersebut juga telah mengkonfirmasi bahwa sebanyak 2.345 orang telah ditangkap atau didakwa sejak kudeta. Selain itu, 1.994 orang masih ditahan atau menjadi buronan polisi.

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU