> >

Protes Lagu Tentang Iblis, Kaum Kristen Ortodoks Geruduk Kantor Lembaga Penyiaran Siprus

Kompas dunia | 6 Maret 2021, 23:21 WIB
Seorang pengunjuk rasa mengacungkan salib dalam aksi protes mendesak penarikan lagu berjudul "El Diablo" dalam kompetisi Eurovision di luar gedung lembaga penyiaran pemerintah di Nicosia, Siprus, Sabtu (6/3). (Sumber: AP Photo / Petros Karadjias)

NICOSIA, KOMPAS.TV – Puluhan pemeluk Kristen Ortodoks menggelar aksi memprotes pemilihan lagu untuk mewakili Siprus di ajang kompetisi Eurovision di luar gedung lembaga penyiaran pemerintah di Nicosia, Siprus pada Sabtu (6/3). Para peserta unjuk rasa mendesak agar lagu berjudul “El Diablo” (yang berarti setan atau iblis) tersebut ditarik karena mempromosikan pemujaan terhadap iblis.

Dalam aksinya, para peserta mengacungkan salib kayu dan menyanyikan sejumlah hymne gereja. Beberapa lainnya mengusung plakat dalam bahasa Yunani yang antara lain bertuliskan, “Kami memprotes dengan damai, tidak untuk El Diablo”, “Bertobatlah dan kembalilah pada Kristus” dan “Kristus sang penyelamat, Iblis sang pembunuh”.

Seorang pengunjuk rasa mengacungkan tulisan dalam bahasa Yunani yang berarti "Kami memprotes dengan damai, tidak untuk El Diablo" dalam aksi unjuk rasa di luar gedung lembaga penyiaran pemerintah di Nicosia, Siprus, Sabtu (6/3). (Sumber: AP Photo / Petros Karadjias)

Lembaga penyiaran dan penyanyi lagu “El Diablo” berkeras bahwa telah terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan lagu itu. Menurut mereka, lagu tersebut sebenarnya berisi tentang hubungan yang tidak seimbang antara dua insan manusia.

Aksi protes itu terjadi beberapa hari setelah Gereja Ortodoks menyerukan penarikan lagu itu lantaran dianggap telah menghina fondasi moral negara dengan menganjurkan penyerahan diri pada sang iblis dan mempromosikan pemujaannya.

Baca Juga: Protes Lagu Tentang Iblis di Kompetisi Menyanyi Eurovision, Seorang Lelaki Ditangkap

Sinode Suci, badan pembuat keputusan tertinggi Gereja, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa lagu tersebut “pada dasarnya memuji penyerahan diri manusia secara penuh pada iblis”. Sinode Suci mendesak agar lembaga penyiaran negara menarik lagu itu dan menggantinya dengan lagu lain yang mewakili sejarah, kebudayaan, tradisi dan nilai Siprus.

Pekan lalu, polisi mendakwa seorang lelaki lantaran telah menyebarkan ancaman dan menyebabkan keributan saat ia menyerbu masuk ke halaman lembaga penyiaran tersebut. Sang lelaki memprotes pemilihan lagu El Diablo dan menyebutnya sebagai lagu penghujatan yang menghina Kristen.

Lembaga penyiaran bersikeras bahwa lagu El Diablo tidak akan ditarik. Namun, ketua dewan lembaga Andreas Frangos mengakui bahwa pihak penyelenggara seharusnya bisa menjelaskan dengan lebih baik tentang pesan inti lagu El Diablo, yang salah satu liriknya berbunyi, “Kuberikan hatiku pada iblis, karena ia bilang, saya adalah malaikatnya”.

Baca Juga: Erdogan Berlibur ke Pulau Varosha, Siprus Anggap sebagai Upaya Provokasi

Kontroversi seputar lagu tentang iblis itu kian meruncing saat pemerintah Siprus ikut campur. Juru bicara kepresidenan, Viktoras Papadopoulos mengatakan, meski pandangan para pengunjuk rasa dihormati, pemerintah Siprus tak bisa seenaknya membatalkan kebebasan berekspresi.

“Pemerintah sepenuhnya menghormati kebebasan intelektual kreatif dan artistik yang tidak dapat disalahartikan atau dibatasi karena judul lagu, dan dimensi yang tidak perlu tidak boleh dikaitkan,” ujar Papadopoulos dalam pernyataan tertulisnya.

Lagu "El Diablo" ("Sang Iblis") yang dinyanyikan oleh Elena Tsagrinou dipilih untuk mewakili Siprus di ajang kompetisi musik Eurovision. (Sumber: Panik Records)

Penyanyi lagu "El Diablo", Elena Tsagrinou dari Yunani, mengatakan bahwa lagu tersebut berkisah tentang seorang perempuan yang berteriak meminta tolong setelah jatuh cinta pada seorang bad boy yang dalam lagu dijuluki sebagai “El Diablo”. Sang perempuan kemudian terikat pada sang bad boy dalam hubungan yang tidak seimbang. Tsagrinou bersikukuh, penafsiran lain atas lagu itu disebutnya tidak berdasar.

Baca Juga: Hagia Sophia Jadi Masjid, Yunani Akan Bekerja Sama dengan Siprus untuk Tekan Turki

“Lagu ini memiliki pesan yang kuat, agar kita melawan segala bentuk kekerasan, seperti yang dilukiskan dalam El Diablo,” ujar Tsagrinou seperti dikutip dari Associated Press. “Dalam gerakan #MeToo pada masa sekarang ini, pesan ini sungguh sesuai dan bisa dirasakan tidak hanya di Siprus tapi juga seluruh Eropa dan negara-negara lain.”

Tsagrinou juga menambahkan, ia seorang pemeluk Kristen dan keyakinannya merupakan hal yang sangat penting baginya.

“Kita semua harus menerima pesan sesungguhnya dari lagu itu," ujarnya. “Musik menyatukan dan memberdayakan. Mari kita fokus pada hal itu dan masalah-masalah penting lain di sekitar kita. Tinggalkan salah tafsir dan pikiran-pikiran gelap.”   

Baca Juga: Ajang Eurovision di Ukraina Dihantui Konflik Antarnegara

Eurovision merupakan kontes menyanyi tahunan yang populer dan ditonton oleh jutaan pemirsa. Kontes yang diikuti oleh negara-negara peserta Serikat Penyiaran Eropa (EBU) ini kerap melibatkan lagu-lagu yang kontroversial.

Siprus menuai juara kedua dalam kompetisi musik ini di tahun 2018 lewat lagu “El Fuego” yang dinyanyikan oleh Eleni Foureira.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU