> >

Korban Tewas Sudah 33 Orang, Rakyat Myanmar Terus Melawan Kekerasan Aparat Dengan Heroik

Kompas dunia | 4 Maret 2021, 01:44 WIB
Massa demonstran tampak berlarian saat aparat Myanmar membubarkan massa dengan tembakan gas air mata di Yangon, Myanmar pada Rabu (3/3). (Sumber: AP Photo)

YANGON, KOMPAS.TV – Tentara Myanmar makin brutal menangani aksi demonstrasi rakyat Myanmar. Hingga Rabu (3/3), aksi kekerasan yang dilancarkan untuk membubarkan massa demonstran telah menewaskan sedikitnya 33 orang. Associated Press melaporkan, jumlah korban tewas diperoleh dari beragam akun di media sosial dan laporan media setempat yang dirangkum oleh seorang analis data.

Ini melampaui jumlah korban tewas sejak Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan 18 korban tewas pada Minggu (28/2). Sejumlah rekaman video pada Rabu (3/3) menunjukkan aksi tentara Myanmar menembakkan ketapel dan mengejar para demonstran, hingga bahkan memukuli kru ambulans dengan brutal.  

Baca Juga: Kudeta Myanmar, 18 Tewas Dalam Unjuk Rasa

Sebuah video dari kamera keamanan menunjukkan kebrutalan polisi di Yangon yang memukuli kru ambulans, tampaknya setelah mereka ditangkap. Polisi terlihat menendang dan memukuli 3 orang kru ambulans dengan popor senjata. Aparat diyakini menangkapi dan menganiaya para pekerja medis, lantaran ribuan anggota profesi medis telah melancarkan gerakan pembangkangan sipil nasional untuk melawan junta militer Myanmar.

Menurut televisi independen dan layanan berita daring Suara Demokratik Burma (DVB), jumlah korban tewas diperkirakan jauh lebih besar. DVB menyebut korban tewas akibat kekerasan aparat Myanmar sudah mencapai 38 orang.  

Sejak militer Myanmar merebut kekuasaan dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, ribuan demonstran terus membanjiri jalanan kota di seluruh negeri. Bahkan ketika aparat Myanmar menggunakan gas air mata, menembakkan ketapel, peluru karet bahkan peluru tajam untuk membubarkan massa dan menangkapi massa secara massal, jumlah demonstran di jalanan tetap tinggi.

Para demonstran tampak melindungi diri mereka dengan menggunakan helm konstruksi saat polisi anti hura-hara mendekat ke arah para demonstran di Yangon, Myanmar, Rabu (3/3). (Sumber: AP Photo)

Konfrontasi yang kian meningkat ini, sayangnya, akrab di negeri yang memiliki sejarah panjang perlawanan damai terhadap kekuasaan militer yang menumpas aksi demo dengan brutal. Kudeta militer kembali mementahkan kemajuan lamban menuju demokrasi di negara Asia Tenggara itu setelah 5 dekade pemerintahan militer.

Baca Juga: Tangisan Suster di Myanmar yang Berlutut Memohon kepada Polisi agar Demonstran Tidak Ditangkapi

Jumlah korban tewas pada Rabu (3/3) dirangkum oleh seorang analis data yang tidak disebutkan namanya atas alasan keselamatan. Informasi yang dikumpulkan juga sebisa mungkin mencakup nama, usia, asal, di mana dan bagaimana mereka dibantai.

Associated Press tidak dapat mengonfirmasi sebagian besar korban tewas yang dilaporkan, namun beberapa korban tewas sesuai dengan unggahan daring. Sang analis data yang berada di Yangon, kota terbesar di Myanmar, mengatakan, ia mengumpulkan informasi tersebut untuk menghormati mereka yang terbunuh atas perlawanan heroik mereka.

Menurut data yang ia kumpulkan, jumlah korban tewas akibat kekerasan aparat Myanmar sebagai berikut: 18 di Yangon, 8 di Monywa, 2 di Salin, 2 di Mandalay, 1 di Mawlamyine, 1 di Myingyan, dan 1 di Kalay.

Sejumlah orang tampak berkabung atas kematian Kyal Sin alias Deng Jia Xi, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. Ia tewas ditembak aparat di bagian kepala saat ikut serta dalam demonstrasi di Mandalay, Myanmar, Rabu (3/3). (Sumber: AP Photo)

Aparat Myanmar juga menangkapi ratusan pendemo, termasuk para jurnalis. Pada Sabtu, setidaknya 8 jurnalis ditangkap. Mereka didakwa melanggar undang-undang keselamatan publik dengan ancaman kurungan hingga 3 tahun.  

Baca Juga: Enam Wartawan di Myanmar Terancam Hukuman Tiga Tahun Penjara

Meningkatnya eskalasi kekerasan di Myanmar telah membuat sejumlah negara melakukan upaya diplomatik untuk memecahkan krisis politik di Myanmar. Namun sejauh ini, militer Myanmar tak menggubris.

Seorang sumber diplomat menyebut, Dewan Keamanan (DK) PBB akan menggelar pertemuan tertutup terkait situasi Myanmar pada Jumat (5/3) atas permintaan Inggris. Namun, tindakan terkoordinasi apapun di PBB akan sulit, lantaran 2 anggota permanen DK PBB, China dan Rusia, hampir dipastikan akan memveto. Sejumlah negara juga telah menjatuhkan atau mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi mereka sendiri terhadap militer Myanmar.

Pada Selasa (2/3), negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, termasuk Myanmar, menggelar pertemuan virtual para menteri luar negeri untuk membahas krisis di Myanmar.

Namun, solusi tampaknya masih jauh panggang dari api, lantaran kelompok beranggotakan 10 negara di Asia Tenggara ini punya tradisi tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing. Di akhir pertemuan,  mereka meminta militer Myanmar untuk melunakkan kekerasan mereka terhadap para demonstran dan mengadakan pembicaraan untuk mencapai penyelesaian damai.

Baca Juga: Korban Tewas Demo Myanmar Terus Bertambah, Junta Militer Abaikan Permintaan Indonesia dan ASEAN

Myanmar pun tak menggubris permintaan itu, dengan terus membantai para demonstran pada Rabu (3/3).

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU