Korea Utara Mencoba Retas dan Curi Informasi Vaksin Covid-19
Kompas dunia | 17 Februari 2021, 06:19 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Peretas Korea Utara berusaha meretas informasi tentang vaksin dan perawatan Covid-19, kata dinas intelijen Korea Selatan pada Selasa (16/02/2021), namun membantah klaim anggota parlemen bahwa pembuat vaksin Pfizer Inc. menjadi sasaran peretasan tersebut, seperti dilansir Associated Press
Sebelumnya pada Selasa, Ha Tae-keung, anggota komite intelijen parlemen, kepada wartawan mengatakan, Badan Intelijen Nasional NIS pada sebuah briefing tertutup menuturkan Korea Utara pernah berupaya meretas Pfizer untuk mendapatkan teknologi vaksin Covid-19.
Setelah komentar Ha menjadi berita utama, NIS mengklaim tidak menyebutkan nama perusahaan farmasi mana pun ketika memberi tahu anggota parlemen bahwa peretas Korea Utara mengejar informasi vaksin virus corona.
Baca Juga: Korea Utara Terima 2 Juta Vaksin Covid-19 AstraZeneca/Oxford Pertengahan Tahun Ini
Ha mendukung klaimnya ketika dihubungi oleh The Associated Press, mengatakan dokumen NIS yang ditunjukkan kepadanya mengatakan bahwa "Korea Utara mencuri Pfizer (informasi vaksin) dan mencoba mencuri (teknologi) dari perusahaan vaksin dan farmasi Korea Selatan."
Dia mengatakan anggota parlemen diminta untuk mengembalikan dokumen pada akhir pengarahan.
Ha mengatakan kata-kata tentang Pfizer "sangat jelas sehingga saya bahkan tidak menanyakannya secara lisan" selama pengarahan.
Kwon Bo-young, manajer humas Pfizer Korea Selatan melalui pesan teks mengatakan mereka sedang memeriksa klaim Ha dengan kantor pusat globalnya.
Baca Juga: Gebrakan Kim Jong-Un, Korea Utara Akan Produksi Vaksin Covid-19 Hasil Peretasan Data
Ha adalah salah satu dari dua sekretaris eksekutif dari komite intelijen yang tanggung jawabnya termasuk menyampaikan isi pengarahan pribadi NIS di parlemen kepada wartawan.
Kantor Kim Byung-kee, sekretaris eksekutif lainnya di komite intelijen, tidak segera menanggapi permintaan untuk memverifikasi komentar Ha.
Sementara itu, Korea Utara membantah mereka terlibat.
Mendapatkan vaksin Covid-19 sangat penting bagi Korea Utara, yang sistem kesehatan masyarakatnya berantakan. Banyak pakar dunia yang sangat skeptis melihat klaim bahwa Korea Utara tidak memiliki kasus Covid-19.
Baca Juga: Momen Kim Jong Un Menyapa Para Pejabat Senior Korea Utara, Hingga Tradisi Tepuk Tangan
Walau begitu para ahli mengatakan, Korea Utara mungkin saja berhasil menghindari wabah yang meluas berkat lebih dari satu tahun menerapkan pembatasan sosial ketat termasuk penguncian dan karantina wilayah.
Korea Utara berpotensi menerima 1,9 juta dosis vaksin yang diproduksi di India selama paruh pertama tahun ini.
COVAX mengatakan pasokan vaksin Covid-19 ke Korea Utara kemungkinan akan disediakan oleh Serum Institute of India, berupa vaksin AstraZeneca dan Universitas Oxford.
Pemerintah Presiden Korea Selatan saat ini Moon Jae-in mendukung pemulihan hubungan dengan Korea Utara dan penyelesaian yang dinegosiasikan dari kebuntuan global atas program nuklir Korea Utara.
Baca Juga: Kecuali AS Hentikan Permusuhan, Korea Utara Ancam Bikin Lebih Banyak Senjata Nuklir
Pada akhir tahun 2020, baik Pfizer maupun BioNTech mengatakan dokumen yang berkaitan dengan vaksin "diakses secara tidak sah" melalui serangan dunia maya di server European Medicines Agency (EMA), atau regulator obat Uni Eropa.
Pernyataan itu muncul setelah EMA yang berbasis di Amsterdam mengatakan telah menjadi korban serangan peretasan, tanpa menyebut kapan itu terjadi.
Daftar panjang upaya peretasan Pyongyang
Tuduhan meretas Pfizer muncul hanya seminggu setelah laporan rahasia PBB yang dilihat oleh AFP, mengungkap bahwa Korea Utara telah mencuri lebih dari 300 juta dollar cryptocurrency melalui serangan siber dalam beberapa bulan terakhir.
Hasil curian tersebut diduga digunakan untuk mendukung program senjatanya.
Dokumen itu juga menyebutkan lembaga keuangan dan bursa yang diretas, dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan bagi pengembangan nuklir dan rudal Pyongyang.
Kemampuan perang dunia maya Pyongyang pertama kali mencuat secara global pada tahun 2014 ketika dituduh meretas Sony Pictures Entertainment sebagai aksi balas dendam atas "The Interview", film satir yang mengejek pemimpin Kim.
Baca Juga: Kim Jong-Un Pamerkan Rudal Kapal Selam Baru saat Parade Militer Korea Utara
Serangan tersebut membocorkan beberapa film yang belum dirilis dan banyak dokumen rahasia online lainnya.
Korea Utara juga dituduh melakukan pencurian dana besar-besaran senilai 81 juta dollar dari Bank Sentral Bangladesh dan pencurian 60 juta dollar AS dari sebuah bank di Taiwan
Peretas Pyongyang juga turut disalahkan atas serangan siber global dengan ransomware WannaCry 2017, yang menginfeksi sekitar 300 ribu komputer di 150 negara, mengenkripsi file pengguna, dan menuntut tebusan ratusan dolar dari para pengguna agar kembali mendapatkan akses komputernya.
Pyongyang membantah tuduhan itu dan mengatakan mereka "tidak ada hubungannya dengan serangan-serangan dunia maya."
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV