Gempa 7,1 di Jepang Melukai Lebih dari 50 orang
Kompas dunia | 14 Februari 2021, 07:36 WIBTOKYO, KOMPAS.TV - Gempa bumi dengan kekuatan 7,1 yang melanda wilayah timur laut Jepang tadi malam, melukai lebih dari 50 orang dan menyebabkan pemadaman listrik. Namun gempa ini tidak berpotensi tsunami atau kelainan pada pembangkit nuklir yang berada di Fukushima.
Dikutip dari Kyodo News, menurut Badan Meteorologi Jepang gempa terjadi pada pukul 23.07 malam waktu Jepang dengan titik gempa di kedalaman sekitar 55 kilometer di bawah permukaan laut lepas pantai Prefektur Fukushima. Meski begitu, gempa juga dirasakan hingga Tokyo.
Gempa ini berada di level 6 pada skala intensitas seismik Jepang, dan level 7 di beberapa bagian prefektur Fukushima dan Miyagi.
Badan Meteorologi Jepang mengatakan fenomena alam yang terjadi tadi malam itu dikategorikan sebagai gempa terkuat yang terjadi di lepas pantai timur laut negara itu. Pada 7 April 2011 silam, prefektur Fukushima dan Miyagi juga pernah dilanda gempa.
Pemerintah Jepang telah membentuk satuan tugas melalui rapat yang dipimpin oleh Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada Sabtu (13/2/2021) malam, usai terjadi gempa.
Kepada wartawan pada Minggu (14/2/2021) dini hari, Suga memastikan tidak ada korban besar yang dilaporkan. Namun dilaporkan ada 50 orang korban luka.
Suga menambahkan anggota kabinet akan mengadakan pertemuan pada Minggu pagi untuk perolehan informasi terbaru.
Juru bicara pemerintah Katsunobu Kato memperingatkan, gempa 6 skala atas pada skala intensitas seismik dapat terjadi selama tujuh hari atau lebih.
Dalam konferensi pers, Kato mengatakan, sekitar 950.000 rumah di lokasi terdampak gempa tanpa aliran listrik, karena beberapa pembangkit listrik tenaga panas mati.
Baca Juga: Gempa 7,1 Guncang Fukushima & Miyagi
Pemadaman listrik yang dilakukan di wilayah terdampak memengaruhi 860.000 rumah di bawah area pelayanan Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. Termasuk pula 90.000 rumah di bawah Tohoku Electric Power Co.
PM Suga menginstruksikan para pejabat untuk segera menyurvei kerusakan akibat gempa, dan melakukan upaya penyelamatan jika diperlukan, serta menyampaikan informasi kepada publik tepat waktu.
Beberapa warga menginformasikan, guncangan horizontal juga dirasakan selama beberapa menit di dalam penginapan tradisional Jepang di Minamisoma, Prefektur Fukushima.
"Guncangan awal terasa lebih kuat daripada yang saya alami saat Gempa Bumi Besar Jepang Timur (tahun 2011)," kata Tomoko Kobayashi, 68 tahun, yang bekerja di penginapan itu.
Banyak penduduk melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi untuk mencari keselamatan di Ishinomaki, Prefektur Miyagi, karena khawatir tsunami akan datang.
"Sekalipun orang mengatakan kita tidak perlu khawatir tentang tsunami, saya tidak akan mengabaikannya," kata seorang pekerja laki-laki berusia 50 tahun.
"Saya belajar dari pengalaman pahit saya 10 tahun lalu dan itulah mengapa saya dievakuasi."
Hingga kini dilaporkan tidak ada kerusakan yang ditemukan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi dan Daini, menurut Tokyo Electric Power.
Situasi sama juga terdapat di pembangkit listrik tenaga nuklir Tokai No. 2 milik Japan Atomic Power Co. di desa Tokai di Prefektur Ibaraki dan pembangkit nuklir Onagawa milik Tohoku Electric Power di Prefektur Miyagi.
Beberapa jalan tol di wilayah timur laut sebagian ditutup dan layanan kereta peluru shinkansen dibatalkan.
Seorang penduduk Shiogama di Prefektur Miyagi, Mariko Yoshida yang berusia 76 tahun, mengatakan gempa itu melanda tepat setelah dia tidur.
"Saya takut akan gempa susulan," katanya. "Saya hidup sendiri dan apa yang harus saya lakukan?" (Andy Lala)
Baca Juga: Gempa Bawah Laut yang Kuat Melanda Bagian Utara Selandia Baru
Penulis : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV