Vaksin BioNTech Diyakini Manjur Lawan Varian Baru Virus Corona
Kompas dunia | 22 Desember 2020, 23:39 WIBBERLIN, KOMPAS.TV – Perusahaan farmasi Jerman, BioNTech meyakini bahwa vaksin buatannya akan manjur melawan varian baru virus corona yang menyebar di Inggris. Namun, studi lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk memastikan hal ini.
Varian baru virus corona yang terdeteksi di London dan tenggara Inggris beberapa pekan terakhir telah memicu kekhawatiran masif di seluruh dunia karena terindikasi lebih mudah menular. Meskipun belum ada bukti bahwa varian baru virus tersebut dapat menyebabkan sakit yang lebih serius, sejumlah negara di Eropa dan bagian dunia lain telah memberlakukan pelarangan penerbangan dari Inggris sebagai akibatnya.
Baca Juga: Daftar Negara Uni Eropa yang Larang Penerbangan dari Inggris Makin Panjang
“Saat ini, kami belum mengetahui apakah vaksin kami mampu memberikan perlindungan dari varian baru virus corona,” ujar CEO BioNTech Ugur Sahin dalam konferensi pers yang digelar sehari setelah Uni Eropa menyetujui penggunaan vaksin BioNTech. “Tetapi secara ilmiah, kemungkinan besar respon imun yang dihasilkan oleh vaksin ini juga akan mampu melawan varian-varian baru virus corona.”
Lebih lanjut Sahin menerangkan, kandungan protein dalam varian baru virus corona di Inggris 99% sama dengan kandungan protein pada varian virus yang ada sebelumnya, hingga BioNTech memiliki keyakinan ilmiah bahwa vaksin besutannya pun akan efektif terhadap varian virus yang baru.
“Tapi kita baru akan mengetahuinya saat eksperimen selesai dilakukan, dan itu butuh waktu selama 2 minggu dari sekarang untuk mendapatkan datanya,” ujarnya. “Kemungkinan bahwa vaksin kami akan manjur melawan varian virus yang baru… relatif besar.”
Baca Juga: Uni Eropa Beri Ijin Bersyarat Bagi Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Buatan Pfizer - BioNTech
Jikapun vaksin besutan BioNTech harus disesuaikan dengan varian virus yang baru, BioNTech mampu melakukannya dalam waktu 6 minggu, tambah Sahin, meskipun dibutuhkan waktu beberapa saat lagi bagi para pengambil kebijakan untuk menyetujui penggunaannya.
Kendati begitu, keharusan untuk melakukan penyesuaian pada vaksin ini akan menjadi pukulan bagi peluncuran kampanye imunisasi dan upaya pengendalian pandemi yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1,7 juta jiwa di seluruh dunia.
Vaksin BioNTech, yang dikembangkan bersama dengan vaksin besutan Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS), penggunaannya telah diotorisasi oleh lebih dari 45 negara termasuk Inggris, AS dan Uni Eropa. Ratusan ribu orang telah menerima suntikan vaksin ini.
Vaksin yang beredar di bawah bendera merk Comirnaty di Eropa ini 95% efektif untuk mencegah penularan Covid-19.
“Semua negara di Uni Eropa yang telah memesan vaksin ini akan menerima pasokan vaksin pertama dalam 5 hari ke depan, dan akan disusul dengan pasokan selanjutnya pada pekan depan,” kata Sean Marett, kepala bagian komersial BioNTech.
BioNTech tengah mendistribusikan vaksinnya ke seluruh 27 negara Uni Eropa menggunakan truk dan pesawat dari pabrik Pfizer di Belgia. Uni Eropa telah memesan 200 juta dosis vaksin, dan kemungkinan akan memesan 100 juta dosis lagi.
Menurut Marett, BioNTech tengah membahas beragam cara untuk mengirimkan lebih dari 1,3 milyar dosis vaksin untuk seluruh dunia pada 2021.
“Kami selalu tertarik melihat fasilitas yang dapat mendongkrak produksi kami tahun depan,” ujarnya seperti dikutip dari Associated Press, dan menyebut akuisisi sebuah pabrik Novartis di Jerman baru-baru ini. “Bahkan, kami akan melakukan transaksi yang sangat cepat jika kami bisa.”
Baca Juga: Polemik Vaksin Covid-19: Senjangnya Ketersediaan Vaksin Antara Negara Kaya dan Negara Miskin
BioNTech memperkirakan bahwa permintaan atas vaksin Covid akan berlanjut di masa mendatang.
“Virus ini tidak akan pergi,” ujar Marett. “Virus ini akan ada paling tidak selama 10 tahun ke depan, maka dari itu, penting agar orang-orang dapat divaksinasi.”
Namun, masih belum jelas berapa lama imun yang dihasilkan dari vaksin ini akan bertahan.
“Sangat mungkin kita akan butuh suntikan vaksin pendorong,” kata Marett. “Jadi penyuntikan akan dilakukan berulang, mungkin sekali setiap tahun, atau setiap dua tahun. Kami belum tahu pasti.”
Sejumlah negara Uni Eropa menyatakan bahwa mereka berencana untuk melakukan vaksinasi pada hari Minggu. Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn memperkirakan, hingga akhir tahun ini, warga Jerman akan menerima 1,3 juta dosis vaksin .
Jerman merupakan salah satu negara Eropa yang telah melarang penerbangan yang berasal dari Inggris lantaran khawatir akan penyebaran varian baru virus corona.
“Kami ingin menghindari varian baru virus yang kemungkinan berbahaya ini menyebar di benua Eropa selama yang kami bisa,” tegas Spahn.
Namun, Lothar Wieler, kepala pusat kontrol penyakit nasional Jerman menyatakan, kemungkinan besar varian baru virus dari Inggris justru sudah beredar di Jerman.
Baca Juga: WHO: Tidak Perlu Terlalu Khawatir Dengan Varian Baru Virus Covid-19
Wieler yang mengepalai Institus Robert Koch, mengatakan, perubahan material genetis virus merupakan hal yang biasa terjadi, dan akan mempengaruhi tingkat penularannya.
“Yang sesungguhnya terjadi di Inggris belum sepenuhnya jelas,” ujar Wieler. “Yang sudah jelas, semakin luas virus ini beredar, semakin besar pula kesempatan virus untuk berubah.”
Christian Drosten, ahli virus Jerman yang semula bersikap skeptis tentang laporan yang menyebut bahwa varian baru virus ini jauh lebih menular, mengungkapkan keprihatinannya setelah memeriksa data lebih lanjut. “Sayangnya, varian baru virus ini tidak terlihat bagus,” cuitnya di Twitter.
Namun, Drosten menambahkan, “Sisi positifnya, kasus-kasus mutasi virus ini meningkat di wilayah-wilayah dengan angka (penularan) keseluruhan yang tinggi atau meningkat. Jadi, pengurangan kontak juga manjur untuk menekan penyebaran mutasi virus.”
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV