Akibat Pandemi, Para Penyintas Pearl Harbor Tak Bisa Hadiri Peringatan Tahunan
Kompas dunia | 4 Desember 2020, 00:06 WIBHONOLULU, KOMPAS.TV – Marinir Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) Mickey Ganitch (101) tengah bersiap untuk bermain dalam pertandingan rugby saat matahari baru saja terbit pada pagi 7 Desember 1941. Namun, peristiwa bersejarah yang terjadi selanjutnya membuatnya batal bermain rugby, dan, masih dalam balutan seragam rugbynya, Ganitch justru sibuk mengamati langit saat pesawat-pesawat Jepang menghujani Armada Pasifik AL AS dengan bom.
Tujuh puluh sembilan (79) tahun kemudian, pandemi virus corona membuat Ganitch dan para penyintas Pearl Harbor lainnya tak bisa menghadiri perayaan tahunan memperingati mereka yang gugur dalam serangan yang memicu AS melancarkan Perang Dunia Ke-2 itu. Sejak pertengahan tahun 2000-an, Ganitch kerap menghadiri peringatan tahunan di Pearl Harbor. Namun tahun ini, karena ancaman kesehatan akibat pandemi, ia terpaksa memperingatinya dari kediamannya di California.
“Inilah yang terjadi. Kita harus mengikuti alurnya,” ucap Ganitch melalui sambungan telepon dari rumahnya di San Leandro, California, seperti dikutip dari Associated Press.
Baca Juga: Marah Dituduh Hina Veteran Perang, Trump Minta Fox News Pecat Wartawannya
Nyaris 8 dekade lalu, tim rugby Kapal Induk Pennsylvania tempat Ganitch bergabung dijadwalkan berhadapan dengan tim Kapal Induk Arizona. Seperti biasa, mereka mengenakan seragam rugby sejak di atas kapal, karena tak ada tempat bersalin di dekat lapangan. Tapi, pertarungan rugby itu tak pernah terjadi.
Serangan udara Jepang dimulai pada pukul 7.55 pagi waktu setempat, dan Ganitch berjuang merayap dari kabinnya menuju pos pertempurannya di ketinggian 21 meter di atas dek utama. Tugasnya adalah mengawasi dan melaporkan segala sesuatu yang mencurigakan.
Ia melihat sebuah pesawat, terbang dari balik puncak sebuah gedung di dekatnya. Para marinir segera mengarahkan senjata kapal dan menembak jatuh pesawat itu.
“Saya di atas sana dan melihat itu,” ujar Ganitch. Penembakan pesawat itu merupakan salah satu serangan balasan terawal.
Kapal Induk Pennsylvania tengah berada dalam perawatan di darat saat itu, yang membuatnya terhindar dari serangan torpedo yang menghantam banyak kapal induk AS hari itu. Kendati begitu, Kapal Induk Pennsylvania kehilangan 31 marinirnya. Ganitch mengisahkan, saat sebuah bom seberat 227 kilogram dijatuhkan dari pesawat Jepang, ia berada hanya sekitar 14 meter dari ledakan bom tersebut!
Ganitch tak punya waktu untuk berpikir. Ia hanya melakukan apa yang harus ia lakukan pada saat itu.
“Saat itu saya menyadari bahwa kami tengah berada di tengah medan perang,” ujarnya.
Baca Juga: Terapi Bagi Para Veteran Militer
Kapal Induk Arizona mengalami nasib yang jauh lebih parah: kehilangan 1.177 marinir dan pelautnya saat kapal itu tenggelam dengan cepat usai dicabik dua bom. Lebih dari 900 orang juga masih berada dalam kapal yang kini terkubur di dasar laut pelabuhan Hawaii itu.
Secara keseluruhan, lebih dari 2.300 tentara AS gugur dalam serangan itu.
Mereka yang gugurlah yang menjadi alasan Ganitch selalu kembali ke Pearl Harbor untuk memperingati upacara tahunan saban 7 Desember.
“Kami menghormati mereka yang gugur dengan hadir di sana. Merekalah para pahlawan sesungguhnya,” ujar Ganitch.
Namun, ancaman kesehatan yang menghantui para penyintas serangan Pearl Harbor dan para veteran Perang Dunia Ke-2 yang berusia lanjut membuat tak satu pun dari mereka akan hadir di Pearl Harbor tahun ini.
Dinas Taman Nasional dan AL AS yang menjadi tuan rumah acara tersebut, juga telah menutup upacara tahunan Pearl Harbor untuk umum untuk menghindari kerumunan massa. Pertemuan yang akan menampilkan acara mengheningkan cipta, formasi pesawat tempur AS dan pidato komandan Armada Pasifik AS itu, akan disiarkan secara langsung.
Baca Juga: Seorang Veteran Dapat Hadiah Rumah
Usai serangan Pearl Harbor, Ganitch tetap mengabdi di Kapal Induk Pennsylvania, membantu AS mengambil alih kembali pulau Attu dan Kiska di Alaska. Kapal tempur itu juga membombardir wilayah Jepang untuk membantu serangan-serangan amfibi AS di Kepulauan Pasifik seperti Kwajalein, Saipan dan Guam.
Ganitch mengabdi di AL AS selama lebih dari 20 tahun. Usai pensiun, ia sempat bekerja sebentar di sebuah arena bowling sebelum menjadi mandor toko di sebuah pabrik pembuat jaring ikan.
Ganitch dan sang istri yang kini berusia 90 tahun, telah menikah selama 57 tahun. Mereka memiliki 4 anak, 13 cucu, 18 cicit dan 9 piut.
Ganitch masih kerap menunjukkan pose saat ia beraksi sebagai penjaga lari yang melindungi gelandangnya dalam olah raga rugby pada para jurnalis yang mengunjunginya.
Kathlenn Farley, Ketua Putra-Putri Penyintas Pearl Harbor California, mengatakan, banyak para penyintas Pearl Harbor yang sudah merencanakan pergi ke Hawaii tahun depan untuk peringatan 80 tahun serangan Pearl Harbor. Itu pun, jika situasi sudah dinyatakan aman.
Farley, yang mendiang ayahnya bertugas di Kapal Induk California dan menghabiskan 3 hari setelah serangan Pearl Harbor untuk mengumpulkan jenazah mereka yang gugur, telah menghadiri peringatan tahunan selama 2 dekade.
“Saya menyadari, bahwa pada hari-hari ini dan yang akan datang, pada akhirnya tak ada lagi penyintas (Pearl Harbor) yang tersisa,” ujarnya. “Saya menghormati mereka selagi mereka masih hidup, supaya saya bisa berterima kasih pada mereka secara langsung.”
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV