Permintaan Putin ke Azerbaijan: Jaga Keselamatan Gereja di Nagorno-Karabakh
Kompas dunia | 15 November 2020, 14:06 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengungkapkan permintaannya kepada Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev.
Putin meminta agar pihak Azerbaijan mau menjaga keselamatan gereja dan biara yang ada di Nagorno-Karabakh.
Azerbaijan menduduki Nagorno-Karabakh setelah bertempur enam pekan melawan Armenia.
Baca Juga: Joe Biden Akan Percayakan Jabatan Menteri Pertahanan AS kepada Wanita, Siapa Dia?
Kedua negara akhirnya melakukan gencatan senjata, Selasa (10/11/2020) waktu setempat yang ditengahi oleh Rusia.
Pada gencatan senjata tersebut, Azerbaijan yang diberi kekuasaan untuk menduduki Nagorno-Karabakh.
Apalagi, daerah tersebut memang sebenarnya berada di dalam wilayah Azerbaijan.
Baca Juga: Perintahkan Polisi Culik Warganya, Walikota Ini Malah Dibunuh oleh Gangster
“Dengan penuh hormat, dia (Putin) menggarisbawahi pentingnya memastikan keselamatan dan kehidupan gereja yang yang normal di biara ,” ujar juru bicara Kremlin dikutip dari Reuters.
Menurutnya, Aliyev telah menegaskan bahwa Azerbaijan akan bersikap melindungi gereja dan biara di sana.
Azerbaijan sendiri merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Baca Juga: Wow, Rezim Kim Jong-Un Latih Lumba-Lumba untuk Militer Korea Utara
Putin, Aliyev dan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan juga membicarakan beberapa aspek praktis pada gencatan senjaya tersebut.
Salah satunya, Rusia mengirimkan 2.000 pasukannya ke Nagorno-Karabakh untuk menjaga perdamaian di wilayah tersebut.
Pertempuran di Nagorno-Karabakh telah terjadi sejak 27 September lalu, dan menimbulkan ribuan korban jiwa.
Baca Juga: Viral Seorang Pria di China Bawa "Harimau" Jalan-jalan, Ternyata Seekor Anjing yang Dicat
Pertempuran ini juga diwarnai dengan dua kali dilanggarnya gencatan senjata yang telah disepekati.
Sejak 1991, wilayah Nagorno-Karabakh memang menjadi daerah sengket Azerbaijan dan Armenia.
Meski berada di wilayah Azerbaijan, Nagorno-Karabakh dihuni oleh mayoritas etnis Armenia, sehingga negara tersebut merasa berhak memiliki daerah itu.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV