Pelaku Penembakan di Wina Pernah Mencoba Bergabung Kelompok Teroris ISIS
Kompas dunia | 3 November 2020, 23:00 WIBWINA, KOMPAS.TV – Pihak berwenang Austria telah mengidentifikasi pelaku penembakan di Wina sebagai Kujtim Fejzulai, pemuda 20 tahun berkewarganegaraan ganda (Austria dan Macedonia Utara) yang sebelumnya pernah ditahan karena mencoba bergabung dengan kelompok teroris ISIS di Suriah.
Si pelaku yang berpakaian coverall putih dan bersenjatakan senapan otomatis dan rompi bom palsu mengamuk dan menembaki orang-orang secara acak di jalanan kota Wina, sebelum akhirnya ditembak mati oleh polisi, Senin (2/11) malam waktu setempat.
Menteri Dalam Negeri Austria Karl Nehammer menyatakan, polisi telah menggeledah 18 properti termasuk apartemen tersangka, dan menahan 14 orang yang terkait dengan tersangka.
Baca Juga: Dua Tewas dan 15 Orang Terluka Dalam Penembakan di Wina
Dua laki-laki dan dua perempuan tewas akibat luka tembak dalam serangan tersebut. Seorang polisi yang mencoba menghadang pelaku juga tertembak. Serangan penembakan itu juga melukai 21 orang lainnya.
“Serangan kemarin jelas merupakan serangan teroris Islam,” kata Kanselir Austria Sebastian Kurz. “Serangan itu merupakan serangan kebencian – kebencian terhadap nilai-nilai fundamental kita, cara hidup kita, demokrasi kita yang memosisikan setiap orang memiliki hak dan martabat yang sama.”
Pelaku Penembakan Pernah Coba Gabung ISIS
Fejzulai si pelaku, sebelumnya dipenjara selama 22 bulan pada April 2019 karena telah mencoba bepergian ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Ia dibebaskan lebih awal pada Desember tahun lalu di bawah hukum remaja.
Sebelum melakukan serangan, Nejzulai telah memosting foto dirinya dengan dua senjata yang digunakan dalam serangan, di akun Instagramnya. Dalam serangan itu, Fejzulai mengenakan rompi bahan peledak palsu, senapan Kalashnikov, senapan otomatis, sebuah pistol dan golok, demikian diungkap Nehammer dalam konferensi pers seperti dilansir dari Associated Press.
Baca Juga: Presiden Macron Tanggapi Penembakan di Wina
Nikolaus Rast, pengacara Fejzulai pada kasusnya terdahulu, menyatakan bahwa kliennya tampak tidak berbahaya sama sekali ketika itu.
“Ia anak muda yang tengah mencari tempatnya di masyarakat, namun tampaknya ia pergi ke masjid yang salah, hingga berakhir di lingkaran yang salah,” kata Rast. “Saya tidak dapat mengatakan yang sebenarnya terjadi.”
Rast juga menilai keluarga Fejzulai bukanlah keluarga yang sangat religius dan tidak radikal. “Mereka benar-benar keluarga yang normal. Saya masih ingat, keluarga Fejzulai sendiri tidak percaya atas apa yang terjadi pada anak mereka.”
Baca Juga: Jokowi: Terorisme Tidak Ada Hubungannya Dengan Agama Apapun
Austria Berlakukan Tingkat Keamanan Lebih Tinggi
Menyusul serangan tersebut, pada Selasa (3/11) pagi, pihak berwenang mengerahkan 1.000 personil kepolisian untuk berjaga di kota Wina. Warga juga diminta untuk tinggal di dalam rumah selama memungkinkan dan anak-anak tidak diharuskan masuk sekolah.
Selasa sore, para penyidik yang telah memeriksa bukti rekaman serangan tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada petunjuk keterlibatan pihak kedua. Namun, “karena evaluasi belum selesai, kami belum bisa mengatakan secara pasti berapa banyak pelaku yang bertanggung jawab atas serangan tersebut,” kata Nehammer.
Untuk saat ini, Wina memberlakukan tingkat keamanan yang lebih tinggi dengan kehadiran personil polisi yang diperkuat, imbuh Nehammer.
Baca Juga: Presiden Trump Kecam Penembakan di Wina
Serangan penembakan tersebut terjadi pada Senin (2/11) jam 8 malam waktu setempat dekat sinagog utama di kota Wina. Banyak orang tengah menikmati makan malam terakhir di restoran dan bar sebelum lockdown sebulan penuh akibat Covid-19 diberlakukan tepat pada tengah malam.
“Kami akan mengejar dan mengungkap para pelaku serangan ini, juga siapa di balik mereka dan memberikan mereka hukuman yang pantas mereka terima,” kata Kurz. “Kami akan mengejar semua orang yang terkait dengan serangan ini menggunakan segala cara yang ada.”
Austria Berkabung
Pemerintah Austria menginstruksikan untuk memasang bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung selama 3 hari sejak Selasa (3/11) hingga Kamis (5/11) mendatang.
Baca Juga: Jokowi Kritik Macron: Mengaitkan Agama dengan Terorisme Adalah kesalahan Besar
Selasa tengah hari kemarin, Austria menggelar aksi mengheningkan cipta selama 1 menit, diikuti dentangan lonceng di Wina. Kanselir Kurz, Presiden Alexander Van der Bellen dan para tokoh politik meletakkan karangan bunga di lokasi penembakan.
Para pemimpin Eropa mengutuk serangan itu, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga mengutuk serangan itu dan menyebutnya sebagai ‘aksi terorisme keji lain di Eropa’.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV