Aksi Solidaritas Guru Sejarah yang Dipenggal di Paris, Perdana Menteri Prancis: Kami Tak Takut
Kompas dunia | 19 Oktober 2020, 18:45 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Aksi solidaritas terhadap guru sejarah yang dipenggal di Paris merebak di sejumlah kota-kota di Prancis.
Puluhan ribu orang ikut dalam aksi tersebut, Minggu (18/9/2020). Sejumlah politikus juga ikut serta dalam aksi itu.
Salah satunya adalah Perdana Menteri Prancis, Jean Castex. Dia menyerukan agar tidak takut kepada pihak yang ingin memecah belah Prancis.
Baca Juga: Dukung Pemenggalan Guru Sejarah di Paris, Anggota Parlemen Tunisia Diperiksa
“Kalian tak membuat kami takut. Kami tak takut. Anda tak akan bisa memecah belah kami. Kami adalah Prancis,” cuit Castex di akun Twitter-nya dilansir dari Al-Jazeera.
Selain Castex, Menteri Pendidikan Prancis, Jean-Michel Blanquer, Walikota Paruis, Anne Hidalgo dan Menteri Junior Dalam Negeri, Marlene Schiappa juga ikut turun ke jalan.
Mereka menegaskan aksi ini untuk mendukung para guru, sekulerisme dan kebebasan berekspresi.
Baca Juga: Kim Jong-un Menangis saat Berpidato, Analis: Itu Strategi Air Mata Buaya
Sebelumnya, seorang guru sejarah bernama Samuel Paty, berusia 47 tahun dipenggal di dekat tempat kerjanya di Conflans-Saint-Honorine, Paris, Prancis, Jumat (16/10/2020) waktu setempat.
Pemenggalan guru sejarah tersebut disinyalir karena diskusi yang sebelumnya diadakan Paty di kelasnya, mengenai karikatur Nabi Muhammad.
Paty dikabarkan juga membawa sebuah gambar seorang pria yang disebutnya sebagai Nabi Muhammad.
Baca Juga: Konsumsi Obat Antidepresi Berlebihan, Ibu Ini Pukuli Putri Kecilnya hingga Tewas
Sang pemenggal sendiri dikabarkan seorang warga Chechnya kelahiran Rusia berusia 18 tahun, dan diketahui bernama Abdullakh Anzorov.
Pelaku sempat meneriakan Allahu Akbar, tak lama setelah memenggal dan kemudian ditembak oleh polisi di tempat.
Dia pun tewas karena penembakan tersebut. Polisi juga dilaporkan telah menangkap 11 orang yang diyakini terlibat dalam aksi tersebut.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV