Pameran Kartun "I Luv U Gudbai", Paradoks Kehidupan dan Kepasrahan pada Kenyataan
Seni budaya | 5 Agustus 2023, 11:37 WIB"Peace Money" menggambarkan seorang ayah yang sedang mengantarkan anaknya ke sekolah tapi di jalan dicegat polisi.
Tak mau terhambat saat mengantar anaknya ke sekolah, si ayah mengeluarkan 'uang damai' sebagai sogokan kepada polisi. Anak sekolah yang mestinya melihat dan mendengar hal-hal jujur, justru melihat pemandangan yang jauh dari kejujuran.
Namun hal ini sering dialami masyarakat hingga saat ini, ketika berurusan dengan aparat dan birokrat. 'Uang damai' pun harus dikeluarkan. Damai tapi pakai uang.
Pada bagian lain, Beng Rahadian menampilkan sisi paradoks Jakarta yang diwakili patung selamat datang.
Patung berbentuk dua manusia yang sedang melambaikan tangan itu, kini berubah bukan lagi menyambut orang-orang yang datang ke ibu kota, tapi "selamat jalan" yang artinya ucapan selamat jalan kepada Jakarta yang tidak akan jadi ibu kota lagi.
Dalam konteks yang lebih luas, pameran ini menampilkan sudut pandang orang Indonesia secara keseluruhan. Meski hidup dalam kondisi yang tidak menyenangkan, tapi tetap merasakan kebahagiaan.
Meski fasilitas umum tidak mencukupi, korupsi jadi pemandangan sehari-hari, kekerasan terus berulang, namun kehidupan terus berjalan dan dinikmati.
Baca Juga: Libur Akhir Pekan ke Pameran Van Gogh Alive, Ini Harga Tiket dan Cara Belinya
Bahkan, sebagian orang mampu menangkapnya sebagai dagelan atau lawakan dalam hidup. Bukankah lawakan itu juga hadir dalam penegakan hukum, kehidupan politik dan sosial kemasyaratakan sehari-hari?
Ada koruptor yang hukumannya dipangkas, ada orang yang bisa berbuat seenaknya di jalan karena punya pangkat dan anak orang kaya, juga ada pemimpin yang memajukan anak-anaknya untuk meraih jabatan.
Sebagian orang jengkel, tapi sebagian lagi memandangnya tak lebih dari lawakan belaka.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV