> >

Malam Ini Puncak Hujan Meteor Quadrantids, Ini 4 Fakta Menariknya

Lifestyle | 4 Januari 2021, 02:00 WIB
Foto ini adalah Hujan Meteor, atau Quadrantids yang difoto di Tembok China pada 3 Januari 2020 dan akan hadir kembali di angkasa pada 3 - 4 Januari 2021. (Sumber: NASA/Cheng Luo)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Jika Anda penikmat fenomena langit, jangan lewatkan untuk mengamati hujan meteor Quadrantids yang akan mencapai puncaknya pada 3 - 4 Januari 2021 ini bersama kesayangan atau keluarga terdekat.

Ada beberapa fakta menarik terkait hujan meteor Quadrantids ini, mulai dari intensitas tinggi hingga berasal dari komet tak dikenal. Berikut penjelasannya seperti dilaporkan Ellyvon Pranita dari Kompas.com

Lebih dari 100 meteor jatuh per jam

Dijelaskan oleh Astronom Amatir Indonesia, Marufin Sudibyo, hujan meteor Quadrantids adalah hujan meteor yang terkenal memiliki intensitas besar yaitu lebih dari 100 meteor per jam. "Hujan meteor Quadrantids kali ini akan memiliki intensitas sekitar 120 meteor per jam," ujarnya.

Berasal dari komet tak dikenal

Menurut Marufin, meteor-meteor Quadrantids seakan-akan berasal dari rasi kuno Quadrant Muralis, yang kini menjadi bagian rasi Bootes. "Namun, sesungguhnya meteor-meteor ini berasal dari remah-remah komet tak dikenal yang lewat di dekat Bumi pada tahun 1490 dan terpecah-belah," kata Marufin kepada Kompas.com, Jumat (01/01/2021).

Satu pecahan diduga masuk ke atmosfer di atas Qingyang atau kini disebut dengan Provinsi Gansu, China di tahun 1490 dan mengalami airburst sebagaimana halnya Peristiwa Tunguska 1908.

Catatan resmi Dinasti Ming menyebutkan, korban tewas akibat peristiwa ini mencapai sekitar 10.000 orang. Sementara itu, disebutkan pula bahwa pecahan remah-remah komet lainnya kini menjadi asteroid 2003 EH1, yaitu asteroid-dekat Bumi kelas Amor dengan periode revolusi 5,5 tahun.

Arah memandang hujan meteor Quadrantidz rekomendasi NASA (Sumber: NASA)

Sulit diamati

Kendati, hujan meteor ini termasuk golongan hujan meteor yang besar, karena intensitas meteor jatuh per jamnya tinggi, sayangnya sulit untuk diamati. Hal ini dikarenakan puncak hujan meteor Quadrantids bulan Desember 2021 ini bertepatan dengan bulan Perbani Akhir. "Sehingga langit terang," ucap dia.

Sedang titik perige di mana bulan berada di titik terjauh dari Bumi diperhitungkan terjadi pada pukul 09.20 WIB pada jarak 368.996 kilometer dari pusat Bumi. Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari Bumi dengan lebar sudut 32,4 menit busur.

Kondisi terbaik dalam mengamati hujan meteor adalah langit yang cerah dan gelap tanpa awan, tidak ada polusi cahaya dan medan pandang tidak terhalangi apapun.

"Hujan meteor ini hanya bisa disaksikan sejak pukul 03.00 dini hari hingga terbitnya fajar," tuturnya.

Bulan fase perbani awal akan terbit ketika tengah hari dan berkulminasi ketika Matahari terbenam. Fenomena yang terjadi adalah dapat menyaksikan penampakan Bulan sebelum Matahari terbenam hingga tengah malam ketika Bulan itu terbenam.

Pada periode setelah tengah malam itulah manusia bisa menikmati langit tanpa cahaya bulan dan minim polusi cahaya.

Fenomenanya berbeda saat bulan fase perbani akhir dimana pada periode atau fase ini bulan akan terbit tengah malam dan berkulminasi ketika matahari terbit. Fenomenanya adalah bulan masih dapat dilihat tergantung di langit meski matahari telah terbit dan bulan baru akan terbenam ketika tengah hari.

Kecepatan meteor jatuh 41 km per detik (km/detik)

Meteor-meteor Quadrantid memasuki atmosfer Bumi pada kecepatan 41 km/detik dan terkenal sering memproduksi meteor-terang atau fireball.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU