Riset Ketimpangan Ekonomi Indonesia dari Celios: Pesawat Jet untuk si Kaya, Sepeda untuk si Miskin
Ekonomi dan bisnis | 27 September 2024, 20:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios) merilis laporan terbarunya, menyoroti ketimpangan ekonomi di Indonesia.
Laporan ini mengungkapkan adanya kesenjangan ekonomi yang semakin melebar di Indonesia, dengan narasi “Pesawat Jet untuk Si Kaya, Sepeda untuk Si Miskin”.
“Temuan utama laporan ini menunjukkan bahwa kekayaan 50 triliuner teratas di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang di Indonesia,” tulis keterangan Celios yang dilihat dari laman resminya, Jumat (27/9/2024).
Sebagai perbandingan, kekayaan 50 orang terkaya di negeri ini setara dengan kekayaan 50 juta masyarakat Indonesia. Dalam kurun waktu 6 tahun ke depan, Indonesia akan memiliki kuadriliuner pertama dalam sejarah. Sementara, pada saat yang sama, butuh waktu 133 tahun untuk menghilangkan kemiskinan di Indonesia.
Baca Juga: Kisah Sengkon dan Karta: Petani Miskin yang Dituduh Merampok, setelah Dibebaskan Hidup Menderita
Selain temuan akan lebarnya kesenjang n yang dibiarkan terus berjarak antar kelas, studi Celios ini juga mengungkap bahwa industri ekstraktif banyak memberi andil pada buruknya kondisi ketimpangan di Indonesia.
Dalam laporan ini, Celios mengungkapkan bahwa separuh dari 50 orang terkaya di Indonesia terafiliasi dengan bisnis industri ekstraktif. Sekalipun industri raksasa ini merupakan kontributor utama pendapatan pemerintah melalui pajak dan royalti, hasil dari aktivitas industri ini acap kali hanya mengalir pada segelintir elit negeri.
Belum kelar mimpi buruk ketimpangan negeri ini, tokoh-tokoh kunci dalam industri ekstraktif juga merupakan orang-orang yang dikenal luas oleh publik. Empat menteri dalam deretan menteri dengan kekayaan diatas Rp1 miliar menikmati keuntungan dari industri pertambangan. Hal ini menunjukkan adanya akses monopoli yang memuluskan akumulasi pendapatan bagi pejabat publik.
Mirisnya lagi, tidak sedikit triliuner di Indonesia yang bertengger dalam kabinet pemerintahan Joko Widodo periode kedua ini. Ada 17% atau 7 menteri di kabinet Presiden Joko Widodo yang tercatat memiliki kekayaan di atas Rp1 triliun.
Selama periode 2019 sampai 2023, rerata kekayaan menteri dalam Kabinet Presiden Jokowi periode kedua mencapai Rp478,17 miliar per orang. Akumulai kekayaan para menteri tersebut jika dialokasikan untuk program makan bergizi gratis dapat terdistribusi kepada 32,85 juta anak di seluruh Indonesia.
Pedihnya masalah ketimpangan ini juga ditopang oleh kekuatan korporat yang terus menguntungkan para pemilik modal dan menyisihkan kepentingan para pekerja.
Di banyak perusahaan besar, paket kompensasi untuk para eksekutif seringkali jauh melebihi gaji para pekerja biasa dan berkontribusi pada akumulasi kekayaan yang besar. Sebaliknya, para pekerjanya justru mendapatkan gaji yang tidak dibarengi dengan tambahan insentif yang signifikan.
Baca Juga: Orang Kaya Indonesia Beli Rumah Mewah di Singapura Rp2,3 Triliun, Jadi Tetangga Co-Founder Facebook
Di kala pemerintah terus merawat triliuner bangsa, masyarakat kecil justru dibiarkan menerjal pahitnya hidup yang terpinggirkan.
Salah satu guru honorer di Tapal Batas mengungkap, “..Saya sepanjang hari harus menyebrang pulau sekitar 20 menit hingga satu waktu kapal pernah terbalik. Selama ini saya hanya dibayar Rp100 ribu per tiga bulan. Disinilah saya memahami bahwa pendidikan lebih muda diucapkan daripada diajarkan.”
Laporan ini disajikan dengan berbekal asa akan kehidupan yang adil dan nir-ketimpangan bagi masyarakat Indonesia. Ada banyak langkah yang bisa dan baiknya dilakukan Pemerintah guna mempersempit jurang ketimpangan antar kelas. Peningkatan kesejahteraan yang memprioritaskan manusia dan ekologi adalah prasyarat demi mencapai ekonomi yang adil dan merata.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, Celios