Bapanas Sebut Kelangkaan Beras Premium di Ritel Modern Bukan karena Program Bantuan Pangan
Ekonomi dan bisnis | 12 Februari 2024, 12:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo membantah program bantuan pangan beras pemerintah menjadi penyebab kelangkaan beras premium di ritel modern. Ia menegaskan, bantuan pangan beras tidak membebani suplai beras premium.
"Sebenarnya kalau bansos itu enggak ada kaitannya sama harga. Tetapi ini memang negara hadir kepada, bukan bansos saya koreksi ya, bantuan pangan beras pemerintah, itu memang ditiadakan dari tanggal 8 Februari sampai 14 Februari 2024 untuk penghormatan kepada pemilu yang dijalankan saat ini. Kalau bantuan pangan tidak mempengaruhi itu," kata Arief di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin (12/2/2024), seperti dilaporkan tim liputan Kompas TV.
Dia mengakui saat ini stok beras untuk konsumsi tengah mengalami kekurangan. Sehingga harga beras pun mahal di pasaran. Namun ia yakin saat masuk musim panen pada Maret mendatang, stok beras akan melimpah dan harga kembali turun.
"Khusus untuk beras, kita berharap Maret 2024 ini produksi kita sesuai dengan BPS itu di atas 34 juta ton. Artinya, bulan Maret kita harapkan harga beras bisa turun sedikit," ujarnya.
Baca Juga: Harga Beras, Gula, Minyak Goreng Mahal, Aprindo Sebut Harga dari Produsen sudah Tinggi
Diberitakan Kompas.tv sebelumnya, Bapanas mengungkapkan pemerintah kekurangan cadangan beras sebanyak 2,4 juta ton selama Januari-Februari 2024. Hal itu yang menyebabkan harga beras saat ini mahal di pasaran.
Arief menyatakan pemerintah akan memenuhi kekurangan itu dengan mengimpor beras. Lantaran musim panen raya di dalam negeri baru akan terjadi pada Maret 2024.
"Memang kita perlu beras lebih banyak saat ini. Dan pemerintah menyeimbangkan kekurangan karena tidak dapat tanam akibat El Nino dengan importasi,” kata Arief di Jakarta, Minggu (11/2).
“Januari dan Februari 2024 ini kita kekurangan 2,4 juta ton beras (produksi versus konsumsi),” ungkapnya.
Baca Juga: Bantuan Beras 10 Kg Disetop, Kenali Bedanya dengan Bansos PKH, BLT El Nino, BPNT, hingga Banpres
“Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Mungkin tidak populer saya sampaikan, tetapi harus dikerjakan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini,” tambahnya.
Meski harus mengimpor jutaan ton beras, Arief menegaskan hal itu dilakukan dengan sangat terukur sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak akan mengganggu stabilitas harga di tingkat petani.
“Salah satu indikasinya bisa dilihat dari Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) saat ini adalah yang tertinggi senilai 116,16 persen. Ini yang membuat petani kita semangat untuk menanam.” ujarnya.
Arief juga mengeklaim kenaikan harga beras saat ini tidak berkaitan dengan pemilu ataupun periode libur panjang Isra Mikraj dan Imlek 2575 Kongzili.
“Bukan pengaruh pencoblosan. Kita sedang penuhi market,” ucapnya.
Baca Juga: Harga Beras Mahal, Kepala Bapanas: Januari-Februari Ini Kita Kekurangan 2,4 Juta Ton
Untuk menyambut panen raya yang diprediksi akan terjadi pada Maret 2024, Bapanas bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan semua pihak terkait akan berkoordinasi mempersiapkan penyerapan yang optimal, untuk mencegah jatuhnya harga di tingkat petani.
Selain itu, pada saat yang sama, pengisian Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dari produksi dalam negeri dapat terpenuhi dengan baik.
“Saat ini kita tengah mempersiapkan CPP jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga pada saat diperlukan, CPP tersebut dapat dimanfaatkan untuk intervensi antara lain penyaluran bantuan pangan, operasi pasar, dan keadaan darurat,” tutur Arief.
Arief menjelaskan, Bapanas tengah fokus mengerjakan lima aksi untuk menyeimbangkan ketersediaan beras sekaligus menjaga harga beras di tingkat nasional.
Pertama, mempercepat pembongkaran kapal beras dari luar negeri di beberapa pelabuhan.
Yang kedua, terus menjalankan distribusi beras komersial Bulog sebanyak 200.000 ton, termasuk 50.000 ton ke Food Station/Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Baca Juga: Institut Teknologi PLN Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru, Bisa Langsung Jadi Pegawai
“Pasokan ke penggilingan akhir tahun lalu juga sudah 200.000 ton. Dua kali (sebanyak) 200.000 ton beras komersial ke penggiling padi,” tuturnya.
Aksi yang ketiga adalah terus-menerus mendistribusikan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) ke pasar tradisional dan ritel modern.
Keempat, terus mengerjakan Gerakan Pangan Murah (GPM) Nasional.
“Sebanyak 1,2 juta ton SPHP ke outlet. Stok PIBC di atas 34.000 ton,” sebutnya.
Aksi yang terakhir adalah memastikan bantuan pangan beras kembali mulai disalurkan pada 15 Februari 2024 setelah pencoblosan selesai.
Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV