Krisis Ekonomi dan Kekeringan, Warga Tunisia Kesulitan Beli Hewan Kurban untuk Iduladha
Ekonomi dan bisnis | 21 Juni 2023, 11:44 WIBTUNISIA, KOMPAS.TV- Hari Raya Iduladha akan dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Termasuk di dalamnya ibadah kurban yang dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu.
Namun bagi warga Tunisia, ibadah kurban tahun ini terasa berat karena kenaikan harga hewan qurban yang gila-gilaan di negaranya. Penyebabnya adalah kekeringan yang menambah kecemasan publik terkait memburuknya krisis ekonomi.
Mengutip dari Antara, pasokan domba di Tunisia sebenarnya cukup banyak. Para peternak membawa mereka dari desa untuk dijual di perkotaan. Domba-domba itu bergerombol di pinggir jalan atau di lahan kosong.
Biasanya, masyarakat Tunisia juga banyak yang membeli domba jauh sebelum Iduladha untuk digemukkan sendiri di rumah mereka. Namun tahun ini pemandangan "domba rumahan" itu jarang terlihat akibat krisis ekonomi di Tunisia.
Baca Juga: Kecewa Sapinya Tidak Jadi Dibeli Jokowi, Peternak: Sudah Mau Idul Adha Kok Malah Batal?
"Situasi ekonomi sangat buruk. Semuanya naik dua kali lipat dan gaji saya tidak bisa bertahan selama sebulan," kata salah seorang warga Tunisa, Ridha Bouzid.
Ia bahkan sampai terpikir untuk berutang, agar bisa berkurban dan keluarganya bisa menyantap daging domba saat Idul Adha.
Namun, saat dia membandingkan permintaan harga seekor domba 900 dinar (Rp4,2 juta) dengan 750 dinar (Rp3,5 juta) yang dia bayarkan untuk hewan berukuran sama tahun lalu, dia khawatir tentang dampaknya terhadap kondisi keuangannya.
"Gaji saya hanya 950 dinar (Rp4,5 juta) sebulan. Apa yang tersisa dari itu?" ujarnya.
Sementara itu di pasar Borj El Amri, seorang warga bernama Khaled Frekhi sedang memeriksa domba untuk dibeli. Tapi niat itu ia urungkan karena harga domba yang mahal.
Baca Juga: Jelang Idul Adha Harga Hewan Qurban Naik 10 Hingga 20 Persen
"Kami tidak mampu membayar harga ini," ucapnya.
Perekonomian Tunisia berada dalam kondisi buruk bahkan sebelum pandemi. Adanya COVID-19 semakin memperburuk kondisi pada 2020.
Dengan kondisi keuangan negara yang berada di ambang kehancuran, pemerintah tidak dapat membantu melawan inflasi global.
Bagi peternak, gagal panen karena tidak adanya hujan membuat masalah ekonomi semakin parah.
Banyak peternak sapi perah menjual sapinya tahun lalu akibat tidak mampu mengatasi biaya produksi yang semakin tinggi, sehingga berdampak kepada kekurangan susu selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Jelang Hari Raya Idul Adha, Rumah Potong Perketat Cek Kesehatan Hewan Kurban Cegah PMK dan LSD
Di Borj El Amri, petani bernama Nabil Rhimi mengatakan, kekeringan telah sepenuhnya menghancurkan tanaman gandum dan jelainya, sehingga membuatnya harus membeli pakan ternak untuk dombanya.
Namun, ia hampir tidak mampu membelinya karena kenaikan harga pakan ternak.
Rhimi telah memutuskan untuk menjual 200 dari 350 dombanya karena dia tidak mampu memberi makan mereka.
"Jika situasinya memburuk, saya akan menjual semuanya," sebutnya.
Rhimi tidak sendirian. Pejabat Serikat Peternak Khaled Ayari mengatakan Tunisia mampu menghasilkan 1,2 juta domba untuk Idul Adha 2022 tetapi hanya mampu menghasilkan 850.000 domba tahun ini.
Serikat peternak telah menolak impor domba untuk melindungi peternak sendiri, katanya.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Puluhan Sapi Makan Sampah Plastik
Haithem Jouini, seorang peternak muda yang mewarisi ternak dari ayahnya, mengatakan bahwa dia selalu ingin untuk bermigrasi.
"Saya tidak bisa hidup seperti ini, hati saya hancur. Mengapa pemerintah tidak bisa membantu kami? Kami adalah orang-orang yang menderita," tuturnya.
Uni Eropa (EU) pun menawarkan bantuan pinjaman lebih dari 1 miliar euro atau setara Rp16 triliun kepada Tunisia untuk membantu mengembangkan perekonomian, menyelamatkan keuangan negara tersebut, dan menangani krisis migrasi.
Tawaran tersebut diumumkan oleh Presiden EU Ursula von der Leyen dalam kunjungannya ke Tunisia bersama dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, pada 11 Juni lalu.
Upaya mereka, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran di Eropa tentang stabilitas Tunisia, merupakan bagian dari upaya terakhir oleh para donatur besar untuk membujuk Presiden Kais Saied guna menyetujui persyaratan bantuan dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) senilai 1,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp28 triliun.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Antara