> >

Krisis Ekonomi dan Kekeringan, Warga Tunisia Kesulitan Beli Hewan Kurban untuk Iduladha

Ekonomi dan bisnis | 21 Juni 2023, 11:44 WIB
Ilustrasi domba untuk kurban. Bagi warga Tunisia, ibadah kurban tahun ini terasa berat karena kenaikan harga hewan qurban yang gila-gilaan di negaranya. Penyebabnya adalah kekeringan yang menambah kecemasan publik terkait memburuknya krisis ekonomi. (Sumber: Antara)

Bagi peternak, gagal panen karena tidak adanya hujan membuat masalah ekonomi semakin parah.

Banyak peternak sapi perah menjual sapinya tahun lalu akibat tidak mampu mengatasi biaya produksi yang semakin tinggi, sehingga berdampak kepada kekurangan susu selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Jelang Hari Raya Idul Adha, Rumah Potong Perketat Cek Kesehatan Hewan Kurban Cegah PMK dan LSD

Di Borj El Amri, petani bernama Nabil Rhimi mengatakan, kekeringan telah sepenuhnya menghancurkan tanaman gandum dan jelainya, sehingga  membuatnya harus membeli pakan ternak untuk dombanya.

Namun, ia hampir tidak mampu membelinya karena kenaikan harga pakan ternak.

Rhimi telah memutuskan untuk menjual 200 dari 350 dombanya karena dia tidak mampu memberi makan mereka.

"Jika situasinya memburuk, saya akan menjual semuanya," sebutnya. 

 

Rhimi tidak sendirian. Pejabat Serikat Peternak Khaled Ayari mengatakan Tunisia mampu menghasilkan 1,2 juta domba untuk Idul Adha 2022 tetapi hanya mampu menghasilkan 850.000 domba tahun ini.

Serikat peternak telah menolak impor domba untuk melindungi peternak sendiri, katanya.

Baca Juga: Jelang Idul Adha, Puluhan Sapi Makan Sampah Plastik

Haithem Jouini, seorang peternak muda yang mewarisi ternak dari ayahnya, mengatakan bahwa dia selalu ingin untuk bermigrasi.

"Saya tidak bisa hidup seperti ini, hati saya hancur. Mengapa pemerintah tidak bisa membantu kami? Kami adalah orang-orang yang menderita," tuturnya.

Uni Eropa (EU) pun menawarkan bantuan pinjaman lebih dari 1 miliar euro atau setara Rp16 triliun kepada Tunisia untuk membantu mengembangkan perekonomian, menyelamatkan keuangan negara tersebut, dan menangani krisis migrasi.

Tawaran tersebut diumumkan oleh Presiden EU Ursula von der Leyen dalam kunjungannya ke Tunisia bersama dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, pada 11 Juni lalu. 

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU