Mengenal Rahmah El-Yunusiah, Ulama dan Pejuang Pendidikan Perempuan di Indonesia
Risalah | 12 April 2022, 15:09 WIBDi antara para ulama yang pernah menjadi gurunya Rahmah adalah Haji Abdul Karim Amrullah (ayahanda Buya Hamka), Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim (pemimpin sekolah Thawalib Padangpanjang), Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syekh Abdul Latif Rasjidi, dan Syekh Daud Rasjidi.
Selain ilmu keislaman, Rahmah juga mempelajari ilmu kesehatan, khususnya kebidanan dan keterampilan-keterampilan wanita, seperti memasak, menenun, dan menjahit.
Perjuangan Rahmah di dunia pendidikan
Berkat pendidikan yang ia peroleh, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah li al-Banat atau Diniyah School Putri pada 1 November 1923, ketika usianya 23 tahun. Saat itu, muridnya ada 71 orang, dan sebagian besar merupakan kelompok ibu muda.
Mendirikan sekolah khusus perempuan pada masa itu bukanlah hal mudah. Kendala utama yang dihadapi adalah cemoohan dari masyarakat. Bagi banyak kalangan saat itu, sekolah perempuan dengan tenaga pengajar yang juga perempuan merupakan hal aneh, tabu dan melanggar adat.
Untuk menampik ejekan ini, Rahmah membuktikan dengan menampik bantuan dari masyarakat yang masih memandang miris perempuan dan menggunakan cara sendiri untuk membangun sekolah. Bahkan, ia merelakan rumahnya dijadikan sebagai ruang kelas.
Menurut catatan Hamka dalam Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera (1982) menggambarkan sosok Rahmah El Yunusiyah sebagai perempuan Muslim yang revolusioner dan pantang menyerah.
Rahmah sampai berangkat ke Malaysia menemui sultán-sultan Melayu untuk meminta bantuan.
Pada 1928, Diniyah Putri memiliki 200 murid, lalu bertambah menjadi dua kali lipat pada 1935.
Baca juga: Biografi HOS Tjokroaminoto, Pemimpin SI yang Dijuluki "Raja Jawa Tanpa Mahkota"
Tahun 1955, para petinggi Universitas Al-Azhar, Mesir, datang ke Padang dan menyempatkan berkunjung ke Sekolah Diniyyah Putri milik Rahmah. Mereka terkagum-kagum melihat ide dan upaya yang dilakukannya.
Para petinggi universitas tersebut mengakui bahwa Al-Azhar dan Mesir pada umumnya, masih tertinggal jauh dari sekolah yang digagas oleh Rahmah.
Dua tahun kemudian, Rahmah diundang ke Mesir. Ia mendapat gelar kehormatan “Syehkhah” dan menjadi perempuan pertama yang mendapatkan gelar itu dari Al-Azhar.
Kedatangan Rahmah dan cerita soal Sekolah Diniyyah menginspirasi Al-Azhar untuk membuka Kulliyatul Lil Banat, yaitu fakultas khusus untuk perempuan yang direalisasikan pada 1962.
Penulis : Baitur Rohman Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV