Ekonom: Harga BBM Harusnya Turun Jadi di Kisaran Rp4.500 Per Liter
Kompas bisnis | 6 Mei 2020, 10:12 WIBJAKARTA, KOMPASTV - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Muhammad Faisal, mengatakan menurunkan harga bahan bakar minyak atau BBM merupakan salah satu langkah yang bisa diambil pemerintah.
Langkah ini bisa ditempuh demi mengurangi beban, khususnya masyarakat miskin dan hampir miskin di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Dia merekomendasikan upaya penurunan harga BBM tersebut karena pengaturannya dikontrol langsung oleh pemerintah.
Selain itu, alasan lainnya menurunkan harga BBM menjadi salah satu komponen terbesar pengeluaran penduduk miskin.
Baca Juga: Pertama dalam Sejarah, Penjualan BBM Pertamina Merosot 50 Persen Lebih
“Rinciannya, sebanyak 5 persen untuk penduduk miskin di kota dan 4 persen untuk penduduk miskin di desa,” kata Muhammad Faisal seperti dikutip Kontan pada Selasa (6/5/2020).
Faisal menjelaskan, di masa pandemik ini memang terjadi penurunan mobilitas orang. Hal itu berdampak pada berkurangnya penggunaan BBM.
Namun demikian, BBM tetap berperan besar dalam mobilitas barang (logistik) yang tetap sangat krusial perannya selama masa wabah.
Sejauh ini, harga minyak mentah terus mengalami penurunan hingga di bawah US$25 per barel.
Dengan mengacu pada harga tersebut, semestinya harga BBM di bawah RON 95 dapat turun setidaknya pada kisaran Rp4.500 sampai Rp5.000 per liter.
Harga tersebut berpotensi lebih rendah jika Kementerian ESDM menurunkan biaya konstanta atau alpha pengadaan, penyimpanan, dan distribusi dan margin perusahaan penyalur BBM.
“Sedangkan kalau konsumsi menengah atas mereka bisa pulih sendiri konsumsinya asal wabah Covid-19 ini sudah reda dan restriksi dicabut,” tuturnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 sebesar 2,97%.
Adapun kelompok pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini.
Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,56%. Selain itu, penopang pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh PMTB (Investasi) dengan kontribusi 0,56%.
Baca Juga: Pengamat: Harga BBM Bisa Turun sampai 50%
Ekonom Eric Sugandi mengatakan, terkait harga BBM dan tarif listrik PLN seharusnya memang turun jika mengikuti harga pasar minyak mentah saat ini.
Eric menambahkan, di tengah pandemik masyarakat kelas menengah atas dan atas cenderung mengurangi konsumsi ketika menghadapi ketidakpastian.
Menurutnya, mereka bukan prioritas utama belanja pemerintah. Namun pemerintah bisa menargetkan kelas ini untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) misalnya syariah.
Mereka mungkin akan tertarik untuk berinvestasi pada asset yang memberikan kepastian return dengan nilai yang relatif tinggi daripada tabungan dan deposito.
“Hasil penjualan SBN juga akan membantu pembiayaan defisit APBN,” kata Eric.
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV