Pertama Kalinya, Xi Jinping Terbuka soal Kekhawatiran Covid di Pedesaan China Saat Mudik Imlek
Ekonomi dan bisnis | 19 Januari 2023, 14:50 WIBBEIJING, KOMPAS.TV - Presiden China Xi Jinping merasa khawatir dengan penyebaran Covid-19 ke area pedesaan China, setelah pemerintah melonggarkan pergerakan masyarakat untuk mudik Imlek 2023.
Pernyataan itu disampaikan Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing pada Rabu (18/1/2023) dan menjadi pernyataan terbuka pertama darinya atas China yang kewalahan menangani penyebaran Covid.
Mengutip dari Financial Times, Kamis (19/1/2023), liburan tahun baru Imlek menandai migrasi manusia tahunan terbesar di dunia. Para pejabat memperkirakan bahwa 1,4 miliar orang di negara itu akan melakukan 2 miliar perjalanan untuk melihat keluarga dalam beberapa minggu mendatang.
Para ahli telah memperingatkan bahwa periode itu bisa menjadi peristiwa penyebaran terbesar sejak virus pertama kali muncul di Wuhan, China tengah, pada akhir 2019.
Dalam pidatonya, Xi mengatakan dia sekarang sangat prihatin dengan daerah pedesaan dan penduduk pedesaan saat China memasuki fase baru dalam merespons pandemi.
Pemimpin paling kuat China sejak Mao Zedong itu juga menuntut upaya yang lebih kuat dari para pejabat China, untuk meningkatkan kesiapan medis China dan lebih mempersiapkan diri untuk pengobatan kasus yang parah.
Baca Juga: Harga Daging Babi di China Anjlok Jelang Perayaan Imlek, Biasanya Penyumbang Inflasi
Dia juga memerintahkan protokol kesehatan yang lebih ketat diterapkan di panti jompo dan fasilitas kesejahteraan, mengingat kerentanan lansia China yang masih banyak belum divaksin.
Setelah Beijing mencabut pembatasan nol Covid bulan lalu, wabah melonjak di daerah perkotaan dan perkiraan internal pemerintah menunjukkan ratusan juta orang tertular virus dalam hitungan minggu.
Pihak berwenang melaporkan hampir 60.000 kematian terkait Covid di rumah sakit di seluruh negeri sejak berakhirnya pembatasan.
Dewan Negara mengeluarkan pedoman ketat minggu lalu yang mendesak penduduk desa untuk membatasi pertemuan di kuil, pertunjukan festival, dan pertemuan massal lainnya di daerah pedesaan.
Pedoman tersebut juga mendesak mereka yang mudik untuk mengurangi kontak dengan orang tua, terutama mereka yang memiliki kondisi medis yang mendasarinya.
Baca Juga: Jelang Imlek, 500.000 Orang Keluar-Masuk China Setiap Harinya
Selama beberapa minggu terakhir, pejabat di beberapa kabupaten pedesaan di provinsi Hunan, Shaanxi dan Heilongjiang telah mengeluarkan peringatan, dengan satu pemerintah daerah merekomendasikan orang-orang sebaiknya jangan mudik kecuali ada keperluan mendesak.
Kekhawatiran Xi Jinping itu mengindikasikan jika fasilitas Kesehatan dan obat-obatan di pedesaan China tidak memadai.
Zeng Guang, mantan kepala ahli epidemiologi China di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, mengatakan kepada para pejabat untuk fokus pada upaya manajemen pandemi. Misalnya seperti membuka bangsal Covid yang ditunjuk dan mendistribusikan obat-obatan ke pedesaan.
“Fokus prioritas kami sejauh ini berada di kota-kota besar,” kata Zeng dikutip dari Financial Times.
“Saatnya fokus ke pedesaan. Banyak lansia, sakit, dan cacat di pedesaan tertinggal dalam hal perawatan Covid,” ujarnya.
Baca Juga: Penduduk China Menyusut 850 Ribu Jiwa, Penurunan Populasi Pertama dalam Beberapa Dekade
Di sisi lain, arus mudik Imlek dapat memberikan dorongan ekonomi yang sangat dibutuhkan, karena konsumen China biasanya membelanjakan lebih banyak untuk makanan, alkohol, dan pakaian baru selama liburan.
“Kami akan melihat lebih banyak konsumen terlibat dalam pariwisata, yang dapat membantu meningkatkan pengeluaran secara keseluruhan,” kata Ernan Cui, analis konsumen China di Gavekal Dragonomics.
Tetapi penelitian Gavekal baru-baru ini juga menunjukkan, bahwa konsumen China tetap berhati-hati dengan banyak yang siap menunda pembelian karena takut diri mereka sendiri atau anggota keluarga tertular virus.
“Kelompok berpenghasilan tinggi, yang kurang terpengaruh oleh Covid dan sudah melihat manfaat dari pelonggaran pembatasan, lebih cenderung terlibat dalam 'konsumsi balas dendam',” kata Cui.
“Ini sudah terlihat di kota-kota seperti Beijing. Namun, kebanyakan orang masih sedikit berhati-hati," ujarnya.
Sampai saat ini, pemerintah baru sebatas mengimbau agar warga tidak mudik. Belum ada larangan yang konsekuensi hukum. Sehingga warga pun tetap memilih mudik.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :