> >

Punya Industri Farmasi Besar, India Jadi 'Apotek Dunia Ketiga', Kini Terancam gegara Kasus Gambia

Ekonomi dan bisnis | 24 Oktober 2022, 14:39 WIB
India menutup pabrik Maiden Pharmaceuticals Limited yang memproduksi obat batuk sirop yang diekspor ke Gambia. (Sumber: Nikkei Asia )

Pemerintah India menyebut negaranya sebagai produsen farmasi terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume dan nomor 14 berdasarkan nilai. 

India bahkan memasok 45 persen kebutuhan obat generik Afrika. Selama periode 2011-2021, ekspor farmasi India telah naik lebih dari 2 kali lipat dibanding periode 2001-2011.

Untuk tahun 2021, India telah mengekspor obat mencapai 24,5 miliar dolar AS (sekitar Rp381,2 triliun).

Baca Juga: Obat Gagal Ginjal Bantuan Australia-Singapura Sudah Sampai di RI, Harganya Rp16 Juta untuk 1 Orang

Maiden Pharmaceuticals sendiri dalam laman resminya menyatakan kapasitas produksi tahunan obat sirop mereka mencapai 2,2 juta botol.

Dalam setahun, Maiden  juga mampu memproduksi 600 juta kapsul, 18 juta zat injeksi, 300.000 tabung salep, dan 1,2 miliar tablet dari tiga anak perusahaan yang dimilikinya.

Selain untuk kebutuhan dalam negeri India, produk Maiden juga diekspor ke Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Meski begitu, India mengeklaim obat batuk sirop yang bermasalah itu hanya diekspor ke Gambia.

Sedangkan secara keseluruhan, seperti dilansir Nikkei Asia, ekspor terbesar produk farmasi India pada 2020 adalah ke Amerika Utara (AS dan Kanada), disusul ke Afrika, Eropa, Amerika Latin, dan terakhir ke ASEAN. 

"Tentu saja, ini dapat memengaruhi citra India, karena berita bahwa sirop obat batuk dibuat di negara ini telah menyebar ke mana-mana," kata dokter anak dan presiden Dewan Medis Delhi Arun Gupta kepada  Nikkei Asia.

 "Apa yang salah dan benar, dan siapa yang bertanggung jawab [atas tragedi Gambia] akan keluar hanya setelah penyelidikan, tetapi ini berfungsi sebagai panggilan untuk membangun kontrol kualitas yang ketat di negara ini," sambungnya.

Baca Juga: Kasus Gagal Ginjal Akut Anak Capai 245 Kasus, Dicky Budiman: Kita Kecolongan, Deteksi Awal Penting

Kasus Gambia mengancam reputasi India yang membuat produk farmasi berkualitas baik tapi dengan harga bersaing. India menyumbang 60 persen dari vaksin dunia dan 20 persen dari obat generik dunia. 

"Industri farmasi [India] sebagian besar telah menyangkal kekhawatiran terkait kualitas yang diungkapkan oleh pengamat nasional dan internasional," kata surat kabar Indian Express dalam editorialnya.

"Badan-badan industri perlu berbuat lebih banyak, termasuk menyiapkan mekanisme kerja sama pengendalian kualitas di antara perusahaan-perusahaan." 

Archana Jyoti, kolumnis kesehatan yang berbasis di New Delhi mengatakan, laporan buruk tentang obat-obatan India, seperti yang berasal dari Gambia, dapat merusak reputasi baik negara itu sebagai "apotek Dunia Ketiga". 

Jyoti menekankan bahwa industri India relatif kuat, karena telah menunjukkan selama bertahun-tahun bahwa India dapat memasok obat generik yang terjangkau dan efektif di seluruh dunia, terutama ke negara-negara berpenghasilan rendah.

Baca Juga: Industri Farmasi Diminta Lakukan Pengujian Buntut Kasus Ginjal Anak, BPOM Siapkan Sanksi Cabut Izin

"Masalah saat ini bisa jadi merupakan penyimpangan, tetapi gambaran yang lebih jelas akan muncul hanya setelah panel penyelidikan yang dibentuk oleh pemerintah menyajikan laporannya," katanya kepada Nikkei Asia

Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV, Antara


TERBARU