Panen Raya 200 Ton Lebih, Petani dan Pedagang di Aceh Malah Buang Hasil Panen Tomatnya
Ekonomi dan bisnis | 27 September 2022, 10:49 WIBBANDA ACEH, KOMPAS.TV – Para petani di Aceh membuang sebagian tomat hasil panen ke tempat penampungan sampah. Pasalnya, harga tomat di tingkat petani di daerah Gayo, Kabupaten Bener Meriah, dan Aceh Tengah, Aceh, anjlok memasuki musim panen raya. Hasil panen raya diketahui mencapai 200 ton lebih.
Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah Sabardi mengungkapkan, panen serentak membuat stok tomat membludak pada musim panen raya saat ini. Sementara para pedagang pun tidak mampu menampung semua hasil panen.
“Kami para pedagang bingung mau jual ke mana. Banyak tomat membusuk di gudang,” kata Sabardi, Senin (26/9/2022), dikutip dari Kompas.id.
Ia menyebutkan, harga tomat di tingkat petani kini Rp 1.000-Rp 1.500 per kilogram (kg). Padahal, bulan lalu masih di harga Rp 2.500-Rp 4.000 per kg.
“Permintaan tidak naik, sementara panen terus bertambah. Tomat tidak bisa disimpan terlalu lama, tiga hari sudah busuk, terpaksa kami buang ke tempat sampah,” ujarnya.
Bukan hanya kali ini, tahun lalu petani membiarkan tomat membusuk di batang dan pedagang membuang tomat lantaran tidak diserap pasar. Kondisi ini berpotensi terus berulang jika tidak ada solusi dari para pihak.
Baca Juga: PKS ke Pemerintah: Jangan Lagi Ada Impor Beras Saat Panen Raya
Butuh cold storage
Diketahui, hasil panen raya mencapai 200 ton lebih. Kemampuan pasar menyerap hasil panen jauh di bawah itu. Oleh karena itu, dibutuhkan gudang pendingin atau cold storage penyimpanan hortikultura.
Apabila ada cold storage, menurut Sabardi, hasil panen dapat disimpan dan baru dikeluarkan saat ada permintaan pasar.
Gudang penyimpanan jamak digunakan dalam usaha pertanian dan perikanan. Daerah Bener Meriah dan Aceh Tengah termasuk yang membutuhkan gudang tersebut lantaran merupakan sentra produksi komoditas hortikultura.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik Aceh, 2019, dua kabupaten bertetangga itu memproduksi 400 ton tomat, lebih dari separuh dari produksi tomat Aceh.
Menurut Sabardi, Bener Meriah dan Aceh Tengah membutuhkan cold storage berkapasitas besar, di atas 200 ton. Selain untuk menampung produksi tomat, alat itu juga dapat menampung produk hortikultura lainnya.
”Pemerintah jangan diam melihat nasib petani dan pedagang seperti ini. Harga bahan bakar minyak, obat-obatan, dan pupuk naik, sementara harga tomat malah turun. Selamatkan petani dan pedagang,” ungkapnya
Tahun lalu, petani dan pedagang melakukan aksi ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bener Meriah, namun hingga kini belum ada solusi dari pemerintah setempat.
Pengolahan tomat
Adapun, Kepala Dinas Pangan Aceh Cut Yusminar mengatakan, pemerintah provinsi sedang berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten setempat untuk mencari jalan keluar. Salah satu upaya cepatnya adalah dengan memberikan subsidi biaya angkut.
Selain itu, cold storage yang telah ada di sana, meski skala kecil, juga dapat difungsikan kembali.
Cut juga telah berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui telepon, tetapi karena tomat tidak termasuk dalam 11 komoditas pangan pokok, tidak serta-merta dapat diakomodasi.
“Namun, Bapanas meminta bersurat secara resmi estimasi berapa ton yang mau dikirim dan tujuannya ke mana,” ujarnya.
Di sisi lain, Cut berharap ada usaha kecil menengah di Bener Meriah dan Aceh Tengah berinisiatif mengolah tomat menjadi makanan ringan atau saus sehingga tomat petani terselamatkan.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas.id