> >

Sri Mulyani Sebut Rasio Utang Indonesia Lebih Rendah Dibanding Negara Maju

Ekonomi dan bisnis | 28 Juli 2022, 11:51 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual terkait ancaman resesi Indonesia dan dunia, Badung (13/7/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, disiplin pengelolaan fiskal yang ketat membuat rasio utang Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara. Baik itu negara berkembang maupun negara maju.

"Risiko kredit Indonesia dianggap manageable karena eksposure utang pemerintah yang jauh lebih rendah dibandingkan negara maju dan berkembang yang di ASEAN maupun di G20," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KiTa, Rabu (27//2022).

Bendahara negara itu menyebut, berdasarkan proyeksi IMF rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB), akan mencapai 42,71 persen di akhir 2022.

Jika dibanding sejumlah negara, persentase itu menang lebih rendah. Misalnya Amerika Serikat (AS) yang sebesar 125,58 persen, Jerman 70,87 persen, Prancis 112,58 persen, Inggris 87,83 persen, Jepang 262,54 persen, dan Korea Selatan 52,04 persen.

Baca Juga: Saat NIK Sri Mulyani Sudah Berfungsi Jadi NPWP, Jadi 1 Dari 19 Juta Wajib Pajak Lainnya

Kemudian Malaysia yang sebesar 69,25 persen, Thailand 62,68 persen, Filipina 60,04 persen. Serta bila dibandingkan dengan negara peers di G20 seperti Brasil yang sebesar 91,89 persen, China 77,84 persen, dan India 86,90 persen.

Negara peers adalah negara dengan level peringkat utang yang sama, yang diberikan  oleh lembaga pemeringkat utang internasional

"Kalau dibandingkan negara maju dan berkembang, baik yang di ASEAN maupun G20 terlihat rasio utang pemerintah yang 42 persen ini relatif sangat kecil, negara-negara itu jauh di atas Indonesia rasio utangnya terhadap PDB," ujarnya.

Sri Mulyani menambahkan, credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia juga mengalami tren penurunan menjadi berada di posisi 117 per 27 Juli 2022, setelah sempat menyentuh level tertinggi di 160,45 pada 14 Juli 2022.

Level CDS yang semakin rendah menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin rendah pula pada instrumen surat utang suatu negara.

Baca Juga: Geser China, Jepang Kini Jadi Pemegang Terbesar Surat Utang Pemerintah AS

Jika dibandingkan CDS 5 tahun Indonesia pada Januari 2022 yang sebesar 74,63, saat ini CDS mengalami kenaikan. Tapi posisi Indonesia saat ini tetap jauh lebih rendah atau 100 bps di bawah negara peers seperti China, India, Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Malaysia, Filipina, dan Turki.

Dengan kondisi tingkat risiko kredit dan rasio utang yang lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lainnya, Indonesia pun relatif lebih aman ketimbang beberapa negara lain.

"Jadi ini adalah posisi yang Indonesia akan tetap jaga, dalam kondisi di mana risiko bergeser dari ancaman pandemi yang melumpuhkan ekonomi, menjadi ancaman ekonomi dan keuangan global serta krisis pangan dan energi," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Baca Juga: China Bantah Belt Road Initiative sebagai Jebakan Utang untuk Negara Berkembang

Data Kementerian Keuangan menunjukkan hingga 31 Mei 2022, posisi utang mencapai Rp 7.002,24 triliun, naik 9,1 persen dibandingkan realisasi posisi utang utang Mei 2021 yang sebesar Rp 6.418,5 triliun. Adapun dibandingkan April 2022 turun 0,54 persen yang mencapai Rp 7.040,32 triliun.

Sedangkan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,88 persen. Banyak negara lain sudah melewati level 100 persen.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU