Emmanuel Macron Sebut Rusia Gunakan Krisis Pangan sebagai Senjata Perang
Ekonomi dan bisnis | 27 Juli 2022, 14:47 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron menepis pandangan jika sanksi Barat terhadap Rusia adalah penyebab krisis pangan. Menurut Macron, Rusia justru yang menjadikan krisis pangan sebagai senjata perang.
Macron mengatakan, Rusia juga memanfaatkan krisis energi untuk membuat negara-negara tunduk pada keinginan mereka. Hal itu ia sampaikan dalam kunjungannya ke Kamerun, Selasa (26/7/2022)
"Kami disalahkan oleh beberapa pihak yang mengatakan bahwa sanksi Eropa (terhadap Rusia) adalah penyebab krisis pangan dunia, termasuk di Afrika. Itu sepenuhnya salah," kata Macron seperti dikutip dari Antara.
"Pangan, seperti halnya energi, telah menjadi senjata perang Rusia. Kita harus membantu benua Afrika untuk memproduksi lebih banyak untuk dirinya sendiri," ujarnya.
Baca Juga: Uji Eropa Longgarkan Sanksi Terhadap Bank Rusia yang Terkait Perdagangan Pangan
Sebelumnya, pemimpin negara-negara menuding Amerika Serikat dan Uni Eropa menjadi penyebab kenaikan harga pangan dan energi dunia. Dua hal itu sangat berdampak pada perekonomian Afrika.
Salah satunya adalah Kamerun yang menghadapi lonjakan harga minyak, pupuk, dan bahan makanan.
Perjalanan Macron ke Afrika bertujuan memperkuat hubungan politik dengan benua itu dan membantu meningkatkan produksi pertanian di tengah meningkatnya kerawanan pangan akibat perang di Ukraina.
Sebagian besar Afrika menghindari keberpihakan dan menolak untuk bergabung dengan kecaman dan sanksi Barat. Pasalnya, mereka bergantung pada gandum dan energi dari Rusia. Lalu mereka juga membeli gandum Ukraina yang pengirimannya telah terganggu akibat konflik.
Baca Juga: Kenaikan Harga Pangan Bisa Lanjut Sampai 2023, Jutaan Orang Terancam Kurang Gizi
Sementara itu, Rusia menyangkal bertanggung jawab atas krisis pangan dan justru menyalahkan sanksi Barat karena memperlambat ekspor pangan dan pupuknya. Moskow juga menyalahkan Ukraina karena memasang ranjau di dekat pelabuhannya.
Pekan lalu, Uni Eropa (EU) melonggarkan sanksi terhadap sejumlah bank Rusia yang memungkinkan pelonggaran hambatan pada perdagangan pangan dan pupuk secara global.
Setelah pelonggaran sanksi, negara-negara Uni Eropa akan bisa mencairkan sumber-sumber ekonomi --yang sebelumnya dibekukan-- milik bank-bank utama Rusia pemberi pinjaman.
Yaitu VTB, Sovcombank, Novikombank, Otkritie FC Bank, VEB, Promsvyazbank, dan Bank Rossiya. Hal itu dilakukan di tengah kritik negara-negara Afrika atas dampak sanksi Barat terhadap pasokan dan harga pangan dunia.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Efek Rusia-Ukraina, Subsidi Energi RI Siap-siap Membengkak
Menurut mereka, sanksi seperti itu semakin telah memperburuk penurunan pasokan pangan, yang sebelumnya diakibatkan invasi Rusia ke Ukraina serta pelabuhan-pelabuhan yang terblokir di Laut Hitam.
Di sisi lain, bank BUMN Rusia, Sberbank, akan dikenai pembekuan pada aset-asetnya kecuali yang terkait sumber daya yang diperlukan untuk perdagangan pangan.
Rancangan aturan menyebutkan bahwa uang bisa dicairkan setelah ditentukan bahwa dana atau sumber-sumber ekonomi seperti itu penting untuk membeli, mengimpor, atau pengangkutan produk-produk pertanian dan pangan, termasuk biji-bijian dan pupuk.
Berdasarkan perubahan sanksi, UE juga berencana memfasilitasi ekspor pangan dari pelabuhan-pelabuhan Rusia.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Antara