Soal Harga-harga Naik, Pengamat Pangan AEPI: Subsidi Paling Bisa Menolong Rakyat
Ekonomi dan bisnis | 13 Juni 2022, 10:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Masalah iklim yang menyebabkan kekeringan, pandemi Covid-19 hingga perang Rusia Ukarina berdampak pada kenaikan harga pangan. Pemberian subsidi dinilai dapat menolong masyarakat dalam situasi saat ini.
Pengamat Pangan dan Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai, tidak ada resep tunggal dalam mengatasi krisis dan kenaikan harga pangan yang terjadi di Indonesia. Terlebih krisis dan kenaikan harga pangan ini bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan telah menjadi isu global.
Menurutnya sangat sulit untuk menekan harga pangan dalam situasi ini. Mengingat, masing-masing komoditas itu karakteristiknya berbeda sehingga perlu langkah yang berbeda-beda untuk mengatasinya.
Oleh karena itu, saat ini yang mungkin bisa dilakukan oleh pemerintah yaitu pemberian subsidi untuk menolong masyarakat.
“Terkhusus bagi masyarakat kalangan bawah dan pengusaha komoditi tertentu misalnya pengrajin tempe diberi subsidi kedelai,” tuturnya, dilansir dari Kontan.co.id pada Senin (13/6/2022).
Baca Juga: Kuatkan Pangan Dalam Negeri, Para Importir Wajib Serap Kedelai Petani Lokal
Untuk kategori komoditas pangan impor, sepanjang harga pangan impor naik maka juga akan berdampak pada komoditas impor yang ada di dalam negeri.
Sementara, untuk komoditi yang diproduksi di dalam negeri sendiri dan surplus pun tidak mudah untuk meredam kenaikan harga pangan.
Khudori menyebutkan, komoditi minyak goreng misalnya. Meski minyak goreng keadaannya surplus, namun nyatanya gonta ganti kebijakan juga masih sulit dalam meredam harga minyak goreng. Demikian pula telur ayam dan daging ayam broiler.
Keduanya naik karena ongkos produksi naik yang dipicu oleh kenaikan harga pangan yang tidak lebas juga dari pengaruh global. Contoh lain karena dipicu oleh kenaikan harga transportasi yang naik akibat kenaikan harga BBM.
“Maka kenaikan harga telur ayam dan daging ayam boiler sulit untuk ditekan selama harga komoditi energi seperti BBM juga masih tinggi,” ujarnya menjelaskan.
Sementara untuk komoditas yang produksinya musiman seperti cabai dan bawang merah harus mengatur strategi pola taanam dan panen.
Lalu, untuk komoditas yang mudah rusak atau busuk seperti cabai pemerintah dapat membangun infrastruktur penyimpanan sebagai stok penyangga. Namun hal ini butuh anggaran yang lumayan.
Peringatan potensi krisis ini sebelumnya telah disampaikan oleh Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Baca Juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Negara-negara Ini Batasi Ekspor Pangan
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Kontan.co.id