> >

YLKI Desak Pemerintah Evaluasi Kebijakan Minyak Goreng, Jangan Terlalu Cepat Beri Janji Beres

Ekonomi dan bisnis | 14 Februari 2022, 05:05 WIB
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta pemerintah lakukan evaluasi kebijakan soal minyak goreng. (Sumber: Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak pemerintah mengevaluasi kebijakan soal minyak goreng.

Ketua YLKI Tulus Abadi menilai berbagai kebijakan yang digelontorkan pemerintah baik di hilir maupun di hulu belum atau tidak efektif dalam mengatasi kelangkaan dan harga melambung pada minyak goreng.

"Kebijakan di hilir harus dievaluasi, terutama menyangkut struktur harga yang ditetapkan. Karena memang Apindo (asiosiasi pengusaha Indonesia) mengeluh bahwa harganya masih terlalu rendah," kata Tulus dalam program Sapa Indonesia Malam, KOMPAS TV, Minggu (13/2/2022).

"Jangan sampai ada asumsi bahwa HPP itu singkatannya Harga Pemaksaan Pemerintah bukan harga pokok penyediaan," tegasnya. 

Dia juga meminta kepada pemerintah untuk tidak terlalu cepat memberikan janji kepada masyarakat terkait penyelesaian persoalan minyak goreng. 

"Pemerintah juga jangan terlalu cepat menjanjikan kepada masyarakat bahwa mulai 1 Ferbuari 2022, semua akan beres, padahal pada pertengahan bulan seperti ini masih banyak kendala-kendala, serta masyarakat masih belun menikmati yang dijanjikan tersebut," jelasnya.

Sementara dari sisi hulu, Tulus menyinggung terkait Minyak Sawit Mentah atau Crude Palm Oil (CPO).

Baca Juga: Soal Kebijakan Minyak Goreng Kemendag, KSP: Sudah Menunjukkan Arah yang Tepat

"Dari sisi hulu ini, juga yang sangat mendasar yakni, terdapat tiga sektor terkait CPO. Di antaranya CPO bahan baku minyak goreng, CPO untuk diekspor, dan CPO untuk energi," ucapnya.

"Nah ini pemerintah mau prioritaskan yang mana, mengingat pemerintah mempunyai kebijakan bionergi seperti B20, B30, B 100, itu kan semua bahan bakunya CPO, sawit," lanjut Tulus. 

Dia kemudian khawatir jika nantinya CPO akan digunakan seluruhnya untuk energi nasional.

"Ini strateginya harus jelas, jangan sampai tarik ulur ini membuat energi nabati nonfosil dapat diselamatkan, namun untuk pangan minyak goreng dikorbankan sehingga harganya melambung tinggi karena stoknya terbatas," tegas Tulus. 

Seperti diketahui, untuk terus menjaga dan memenuhi ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau, pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan.

Dia antaranya, menetapkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO).

Kemudian kebijakan menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng terbaru yang beraku sejak 1 Februari 2022.

Adapun rinciannya, minyak goreng curah Rp 11.500/liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500/liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000/liter.

Baca Juga: Kelangkaan Minyak Goreng Kemasan dan Curah Masih Terjadi di Sejumlah Daerah

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU