> >

Buka Perdagangan BEI 2022, Presiden Jokowi Sebut Kondisi Ekonomi Indonesia Membaik

Ekonomi dan bisnis | 4 Januari 2022, 01:01 WIB
Presiden Joko Widodo meresmikan Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 yang digelar di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada Senin, 3 Januari 2022 (Sumber: BPMI Setpres)

JAKARTA, KOMPAS.TV –  Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2022 pada Senin (3/1/2021). Dalam pidatonya, Presiden Jokowi optimistis pertumbuhan pasar modal Indonesia akan lebih baik.

Hal itu bercermin pada IHSG tahun 2021 yang memberikan return 10,1 persen, lebih baik dibandingkan bursa saham lain di Asia Tenggara. Sebut saja Singapura dengan return 9,8 persen, Malaysia minus 3,7 persen, dan Filipina minus 0,2 persen.

Melihat, pada perdagangan hari perdana tahun 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik ke level 6.586,20 dari level penutupan tahun 2021 di 6.581,48.

Menurut Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, hal itu berarti apabila investasi, return akan mencapai 10,08 persen secara year to date. Angka ini termasuk yang terbaik di Asia.

IHSG terus melanjutkan kenaikan hingga sempat menyentuh level tertinggi di 6.638,31 hingga pukul 10.30 WIB. Investor asing juga tercatat melakukan aksi beli dengan membukukan net buy di pasar reguler senilai Rp147,73 miliar.

Dengan demikian, Jokowi juga berharap, peningkatan jumlah investor, terutama investor retail yang berasal dari generasi milennial dan Gen Z akan terus berlanjut. Dibandingkan tahun 2017 yang sebanyak 1,1 juta single investor identification (SID), jumlah investor pasar modal per akhir 2021 sudah mencapai 7,5 juta SID.

"Saya harap, kenaikan jumlah investor pasar modal akan terus membesar dan memberikan dorongan pertumbuhan ekonomi negara kita," kata Jokowi dalam pidatonya di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Senin (3/1).

Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan, angka-angka yang menjadi indikator kondisi ekonomi Indonesia juga sudah menunjukkan perbaikan. Sebagai contoh, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-November 2021 secara akumulasi mencatatkan surplus sebesar USD34,32 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode sama 2020 yang sebesar USD19,52 miliar.

Baca Juga: Buka Perdagangan Saham, Presiden Jokowi Ingatkan Tantangan Ekonomi 2022

Kerja sama dan keberanian juga mendorong pemulihan ekonomi yang kuat. Neraca dagang Indonesia surplus USD34,3 miliar. Sepanjang 19 bulan, neraca dagang Indonesia, lanjut Presiden, selalu surplus dan ini belum pernah dialami sebelumnya.

Nilai ekspor Indonesia juga naik 49,7 persen year on year. Hal ini disebabkan penghentian ekspor nikel mentah. Ekspor nikel yang biasanya berkisar USD1 miliar-2 miliar per tahun, pada akhir 2021 mencapai USD20,8 miliar. Sementara impor bahan baku atau bahan penolong juga naik 52,6 persen.

Peringkat daya saing Indonesia juga naik tiga peringkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, Indonesia berada di posisi ke-37 untuk daya saing bisnis dan di posisi 53 untuk bisnis digital.

Indikator konsumsi dan indikator produksi juga menguat. Indeks pembelian manufaktur (PMI) juga meningkat dari 51 sebelum pandemi menjadi 53,9 di akhir 2021. Konsumsi listrik industri juga tumbuh 14,5 persen, sedangkan bisnis tumbuh 5,7 persen.

”Optimisme melihat angka-angka seperti itu harus kita tunjukkan dan harus kita tingkatkan di 2022,” tutur Presiden Jokowi.

Meskipun begitu, Jokowi mengingatkan bahwa pada tahun 2022 Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, kenaikan inflasi, tapering off, kelangkaan kontainer di mana-mana, hingga kelangkaan energi di sejumlah negara yang kemungkinan akan mengganggu ekspor Indonesia.

Baca Juga: Pasar Saham Ikut Kena Dampak, IHSG Turun Akibat Temuan Kasus Omicron

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU