> >

La Nina di Depan Mata Ancam Pertanian, Kementan Siapkan Sejumlah Strategi

Ekonomi dan bisnis | 29 Oktober 2021, 16:46 WIB
Ilustrasi, Kementan siapkan strategi menghadapi la nina. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kementerian Pertanian memanfaatkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menyiapkan strategi dalam menghadapi ancaman La Nina.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi dalam Rakornas Antisipasi La Nina pada Jumat (29/10/2021) mengatakan, langkah pencegahan yang dilakukan mulai dari memperbaiki saluran irigasi, mengajarkan petani menerapkan budi daya yang baik hingga menggunakan konsep sistem peringatan dini (early warning system) sebagai antisipasi.

"Sektor pertanian juga kena dampak La Nina yaitu banjir di lahan-lahan sawah. Tapi, kami berupaya untuk meminimalisir. Sebagaimana konsepnya Pak Menteri (Syahrul Yasin Limpo), setiap puso harus dikompensasi di tempat lain. Juga setelah banjir selesai harus tanam lagi," terangnya.

Lebih jauh, Suwandi menyebutkan sejumlah strategi yang dilakukan Kementan untuk menghadapi ancaman La Nina, di antaranya;

  • Melakukan pemetaan daerah langganan banjir.
  • Menyiapkan asuransi bagi lahan yang kena banjir.
  • Melakukan early warning system yang dipantau rutin datanya dari BMKG.
  • Memaksimalkan brigade yang sudah di-briefing mulai dari simulasi bagaimana jika terjadi banjir, menyiapkan pompa dan benih sehingga ada langkah meminimalisir puso.

Baca Juga: Kementan Sebut Stok Jagung Ada 2,3 Juta Ton, Terus Kenapa Harganya Mahal?

"Brigade ini lengkap, mulai dari hama, kekeringan, banjir, maupun menyerap hasil panen jika kadar air tinggi karena kena hujan," ujarnya.

Tak hanya itu, Kementan juga menyiapkan pompa-pompa untuk menyedot air jika terjadi banjir. Sebaliknya, jika terjadi kekeringan, maka pompa digunakan untuk mengisi lahan sawah dari air sungai. Selain itu, juga dilakukan rehabilitasi saluran air.

"Untuk musim hujan, sudah disiapkan benih-benih tahan genangan, yang mana sampai 15 hari tergenang masih aman. Misalnya Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang," katanya.

Di samping itu, petani bisa mengajukan klaim asuransi jika mengalami puso dengan besaran Rp 6 juta per hektare. Jika tidak diasuransikan, pemerintah akan membantu memberikan benih gratis.

Sementara, di sisi hilir, Kementan mencari lokasi-lokasi lain di luar itu untuk kompensasi daerah banjir. Mulai dari harga jatuh hingga ketersediaan alat agar produksi bisa terjaga dan ketahanan pangan bisa diwujudkan di setiap daerah.

Mengutip data BMKG, NOAA, dan International Research Institute for Climate and Society pada 2021, Suwandi menjelaskan kejadian El Nino paling berat dihadapi Indonesia pada 2015.

Sementara itu, La Nina datang pada 2016-2018. Meski berdampak buruk karena menyebabkan banjir di lahan sawah, Suwandi mengatakan La Nina bisa dibilang jadi momentum yang ditunggu-tunggu petani karena membuat produksi lebih baik dengan pasokan air yang melimpah.

"Pada 2020 akhir masih ada La Nina walaupun lemah. Kondisi sekarang dan proyeksi hingga Juni 2022 sebenarnya normal, tapi di bulan sekarang sudah La Nina meski skalanya lemah," pungkas Suwandi.

Baca Juga: 14 Wilayah Ini Alami Peningkatan Curah Hujan akibat La Nina, Pertanian dan Perikanan Terancam

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV

Tag

TERBARU