Sri Mulyani Sebut 3 Hal Ini Tentukan Negara Jadi Loser Atau Winner, Apa Saja?
Ekonomi dan bisnis | 19 Oktober 2021, 12:54 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, ada 3 tantangan global yang menentukan nasib negara-negara dunia di masa depan. Termasuk Indonesia. Yaitu pandemi, perubahan iklim, dan digitalisasi.
Menurut Sri Mulyani, negara yang mampu menghadapi tantangan itu akan menjadi winner atau pemenang. Sedangkan negara yang tidak berpartisipasi dan tidak bisa menghadapinya akan menjadi pecundang atau loser.
"3 fenomena itu adalah 3 hal yang menyapu dunia yang akan mempengaruhi dan menentukan sebuah negara apakah dia akan menjadi sebuah negara pecundang atau menjadi pemenang atau winner," kata Sri Mulyani dalam webinar Festival Transformasi Kementerian Keuangan, Selasa (19/10/2021).
Ia menjelaskan, di samping 3 hal itu sebenarnya masih ada tantangan lainnya. Namun, ketiganya adalah hal tersulit yang harus dihadapi negara-negara dunia.
Baca Juga: Pantau BUMN Pangan, Erick Thohir Ancam Copot Direksi yang Tak Ikut Transformasi
Pandemi misalnya, menjadi masalah yang tidak akan pernah selesai karena akan datang berkali-kali. Di masa depan, setelah pandemi Covid-19 mereda akan ada pandemi lainnya.
"Pandemi Covid-19 bukanlah yang pertama kali dan bukan yang terakhir kali. Artinya seluruh bangsa dan Indonesia harus menyadari bahwa fenomena ancaman seperti terjadinya pandemi tidak akan selesai atau tidak akan jadi pertama kali atau terakhir kali," tutur Sri Mulyani.
Atas dasar itulah, pemerintah Indonesia terus berupaya mencari cara agar siap menghadapi pandemi lainnya. Salah satunya dengan menyediakan pelayanan publik yang menjangkau semua lapisan masyarakat dan modern.
Sehingga jika pandemi lain datang, jumlah kerugian materil dan korban jiwa bisa diminimalisir.
Baca Juga: Ini Daftar Terbaru Bunga KPR Bank BRI hingga Bank Permata
"Bahkan kita juga bisa kontribusi secara global. Bagaimana kita mendukung reformasi di bidang pelayanan kesehatan sehingga dampaknya tidak luar biasa. Semua yang ada di lingkungan Kemenkeu paham sekali, betapa pandemi ini konsekuensi keuangan negara sungguh sangat luar biasa," katanya.
Selanjutnya adalah perubahan iklim, yang mempunyai konsekuensi sama besarnya dengan pandemi. Sama seperti pandemi, perubahan iklim tidak memiliki batasan negara sehingga masyarakat internasional harus kompak dalam menghadapinya.
Indonesia pun sudah terlibat dalam kerja sama antar negara untuk menghadapi perubahan iklim. Yaitu lewat perjanjian Paris (Paris Agreement), menggunakan teknologi dan sumber daya yang lebih ramah lingkungan, serta memformulasikan kebijakan dan menyiapkan dana untuk mengatasi hal tersebut.
Baca Juga: Biar Enggak Impor Parasetamol Terus, Indonesia Gandeng Turki
"Ini tantangan yang sangat pelik karena membutuhkan desain, policy, mengubah dari sisi kegiatan ekonomi dan masyarakat, entah investasi, konsumsi, yang lebih makin menyadari peranan untuk menjaga lingkungan dan mencegah pemburukan climate change," paparnya.
Kemudian, digitalisasi. Sri Mulyani menyebut, digitalisasi yang ada saat ini baru awalnya. Ia mengapresiasi kontribusi generasi milenial di Indonesia. Tidak hanya mengadopsi teknologi digital dari negara lain, anak muda Indonesia mampu berinovasi dan mengeksplorasi teknologi digital.
"Indonesia secara demografi sebagian besar masyarakatnya merupakan segmen masyarakat muda. Itu suatu advantages karena dengan demografi mereka lebih mampu beradaptasi," ucap Sri Mulyani.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :