Bukan Cuma Indonesia, Ini Daftar Proyek Kereta Cepat Negara Lain yang Biayanya Bengkak
Ekonomi dan bisnis | 19 Oktober 2021, 10:27 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (1/09/2021), PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyatakan biaya pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak 1,9 miliar dollar AS atau Rp27 triliun (kurs Rp14.300).
Sehingga, dana yang diperlukan meningkat, dari 6,07 miliar dollar AS atau Rp85 triliun menjadi 7,97 miliar dollar AS atau Rp113 triliun.
Direktur Keuangan KAI Salusra Wijaya menjelaskan, tadinya pembengkakan biaya proyek tersebut diperkirakan mencapai 3,8 miliar dollar AS hingga 4,9 miliar dollar AS.
Kebutuhan penambahan biaya proyek paling banyak terjadi pada biaya konstruksi sekitar 600 juta dollar AS hingga 1,25 miliar dollar AS dan pembebasan lahan sebesar 300 juta dollar AS.
Baca Juga: Faisal Basri: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sampai Kiamat Tidak Balik Modal
Kemudian ada kenaikan biaya keuangan mencapai 200 juta dollar AS, karena beban bunga pinjaman yang besar karena keterlambatan proyek.
Kenaikan biaya juga terjadi untuk biaya pra-operasi dan head office sebesar 200 juta dollar AS. Diantaranya untuk biaya konsultan keuangan, pajak, dan hukum. Keterlambatan proyek otomatis membuat biaya operasional keseharian proyek ikut naik.
Ada juga biaya untuk keperluan lainnya yang naik 50 juta dollar AS. Seperti biaya keperluan sinyal yang bekerja sama dengan Telkomsel.
"Ini memang tough sekali, karena jalurnya banyak dan luas. Masalah lahan juga melewati daerah komersial, bahkan ada kawasan industri yang direlokasi dan ini costly sekali untuk penggantiannya," kata Salusra saat itu.
Namun menurutnya, proyek serupa di negara lain juga banyak yang mengalamai pembengkakan biaya, diantaranya adalah:
Baca Juga: Pemerintah Bantah Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Butuh Utang Tersembunyi dari China
1. Kereta Cepat Guangzhou-Shenzen-Hongkong Expres Rail Link (XRL), China
Awalnya, proyek ini diperkirakan akan menelan biaya investasi sebesar 10,7 miliar dollar AS atau ssetara Rp151,94 triliun dengan kurs Rp14.200.
Memiliki panjang rute 142 kilometer, pengeluaran belanja modal per kilometernya sebesar 70 juta dollar AS atau sekitar Rp994 miliar.
Namun, proyek ini mengalami cost overrun atau pembengkakan biaya sebesar 2,5 miliar dollar AS atau Rp35,5 triliun. Adapun pembiayaan proyek berasal dari anggaran pemerintah.
2. Kereta Cepat Taiwan
Proyek kereta cepat di Taiwan ini diproyeksi akan menelan total investasi awal sebesar 18 miliar dollar AS atau setara Rp255,6 triliun (asumsi kurs Rp14.200)
Dengan panjang rute proyek kereta cepat ini 345 kilometer, dana belanja modal per kilometernya sebesar 50 juta dollar AS atau Rp710 miliar.
Proyek tersebut juga mengalami cost overrun sebesar 1,7 miliar dollar AS atau Rp24,14 triliun dari rencana semula.
Pembiayaan proyek berasal dari konsorsium perusahaan Taiwan yang dilakukan melalui Kerja Sama Badan Usaha dan Pemerintah (KPBU) dan juga pemerintah.
Baca Juga: 5 Fakta Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Disebut Faisal Basri Tak Akan Balik Modal Sampai Kiamat
3. Kereta Cepat Madrid-Barcelona
Di proyeksi awal proyek ini akan menghabiskan biaya sebesar 12,6 miliardollar AS atau Rp179,9 triliun dengan panjang rute 621 kilometer.
Dengan biaya sebesar itu, pengeluaran modal per kilometernya sebesar 20 juta dollar AS atau sekitar Rp284 miliar. Akhirnya, proyek ini juga mengalami cost overrun hingga 4,2 miliar dollar AS atau setara Rp59,64 triliun.
Sementara pembiayaan proyek ini berasal dari pinjaman berbagai lembaga keuangan Uni Eropa. Pemerintah Spanyol turut membiaya biaya cost overrun.
4. Kereta Api Addis Abaaba-Djibouti
Proyek kereta cepat ini pada awalnya dirancang akan menghabiskan dana investasi sebesar 4,5 miliar dollar AS, setara Rp63,9 triliun dengan panjang rute 756 kilometer.
Dengan begitu, pengeluaran modal per kilometernya sebesar 5 juta dollar AS atau sekitar Rp71 miliar. Proyek tersebut juga memiliki cost overrun sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp14,2 triliun.
Pembiayaan proyek kereta cepat ini berasal dari 70 persen utang dari China Eximbank dan 30 persen lainnya dari ekuitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Laos dan BUMN China.
Baca Juga: Stafsus Erick Thohir Sebut Pernyataan Faisal Basri soal Kereta Cepat Jakarta-Bandung Hoaks
Sebagaimana diberitakan KOMPAS TV sebelumya, Kereta cepat Jakarta-Bandung dikerjakan oleh PT Konsorsium Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Perusahaan tersebut terdiri dari dua konsorsium, yaitu konsorsium Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium Beijing Yawan yang berisi sejumlah perusahaan China.
PT KAI adalah salah satu anggota PSBI bersama beberapa BUMN lainnya. Setelah terindikasi adanya pembengkakan biaya pada September 2020, PSBI pun membenahi manajemen KCIC dan melakukan efisiensi.
Konsultan yang disewa PSBI menemukan anggaran mana saja yang bisa dipangkas. Sehingga pembengkakan biaya proyek berhasil ditekan dan menjadi 1,9 miliar dollar AS.
"Dengan new management, kami sudah melakukan pergantian manajemen KCIC, dibantu konsultan kami efisiensi alias melakukan cost cutting. Mulai dari efisiensi rencana TOD, pengelolaan stasiun melalui relokasi dan sebagainya," jelas Salusra.
Untuk menutupi kebutuhan biaya proyek, Kementerian BUMN telah mengajukan penambahan penyertaan modal negara (PMN) di tahun 2021 dan 2022 kepada Kementerian Keuangan.
Di tahun ini, KCIC mendapatkan alokasi senilai Rp5 triliun, namun dana tersebut masih belum cair.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kontan.co.id