Bukan Cuma Indonesia, Ini Daftar Proyek Kereta Cepat Negara Lain yang Biayanya Bengkak
Ekonomi dan bisnis | 19 Oktober 2021, 10:27 WIBProyek tersebut juga mengalami cost overrun sebesar 1,7 miliar dollar AS atau Rp24,14 triliun dari rencana semula.
Pembiayaan proyek berasal dari konsorsium perusahaan Taiwan yang dilakukan melalui Kerja Sama Badan Usaha dan Pemerintah (KPBU) dan juga pemerintah.
Baca Juga: 5 Fakta Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Disebut Faisal Basri Tak Akan Balik Modal Sampai Kiamat
3. Kereta Cepat Madrid-Barcelona
Di proyeksi awal proyek ini akan menghabiskan biaya sebesar 12,6 miliardollar AS atau Rp179,9 triliun dengan panjang rute 621 kilometer.
Dengan biaya sebesar itu, pengeluaran modal per kilometernya sebesar 20 juta dollar AS atau sekitar Rp284 miliar. Akhirnya, proyek ini juga mengalami cost overrun hingga 4,2 miliar dollar AS atau setara Rp59,64 triliun.
Sementara pembiayaan proyek ini berasal dari pinjaman berbagai lembaga keuangan Uni Eropa. Pemerintah Spanyol turut membiaya biaya cost overrun.
4. Kereta Api Addis Abaaba-Djibouti
Proyek kereta cepat ini pada awalnya dirancang akan menghabiskan dana investasi sebesar 4,5 miliar dollar AS, setara Rp63,9 triliun dengan panjang rute 756 kilometer.
Dengan begitu, pengeluaran modal per kilometernya sebesar 5 juta dollar AS atau sekitar Rp71 miliar. Proyek tersebut juga memiliki cost overrun sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp14,2 triliun.
Pembiayaan proyek kereta cepat ini berasal dari 70 persen utang dari China Eximbank dan 30 persen lainnya dari ekuitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Laos dan BUMN China.
Baca Juga: Stafsus Erick Thohir Sebut Pernyataan Faisal Basri soal Kereta Cepat Jakarta-Bandung Hoaks
Sebagaimana diberitakan KOMPAS TV sebelumya, Kereta cepat Jakarta-Bandung dikerjakan oleh PT Konsorsium Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Perusahaan tersebut terdiri dari dua konsorsium, yaitu konsorsium Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium Beijing Yawan yang berisi sejumlah perusahaan China.
PT KAI adalah salah satu anggota PSBI bersama beberapa BUMN lainnya. Setelah terindikasi adanya pembengkakan biaya pada September 2020, PSBI pun membenahi manajemen KCIC dan melakukan efisiensi.
Konsultan yang disewa PSBI menemukan anggaran mana saja yang bisa dipangkas. Sehingga pembengkakan biaya proyek berhasil ditekan dan menjadi 1,9 miliar dollar AS.
"Dengan new management, kami sudah melakukan pergantian manajemen KCIC, dibantu konsultan kami efisiensi alias melakukan cost cutting. Mulai dari efisiensi rencana TOD, pengelolaan stasiun melalui relokasi dan sebagainya," jelas Salusra.
Untuk menutupi kebutuhan biaya proyek, Kementerian BUMN telah mengajukan penambahan penyertaan modal negara (PMN) di tahun 2021 dan 2022 kepada Kementerian Keuangan.
Di tahun ini, KCIC mendapatkan alokasi senilai Rp5 triliun, namun dana tersebut masih belum cair.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kontan.co.id