> >

Peternak Minta Kemenko Perekonomian Kawal Arahan Presiden Turunkan Harga Jagung

Ekonomi dan bisnis | 17 September 2021, 18:49 WIB
Petani menjemur jagung di Desa Toabo, Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (30/7/2021). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (DPP Pinsar) Indonesia mengirim surat kepada Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian agar turut mengawal imbauan Presiden Jokowi supaya harga jagung segera turun. Dengan demikian, beban peternak dalam menekan biaya pakan bisa tercapai dan usahanya dapat berlanjut.

Ketua Umum DPP Pinsar Indonesia Singgih Januratmoko menyampaikan, imbauan Presiden Jokowi kepada kementerian terkait merupakan angin segar bagi peternak mandiri karena dalam tiga tahun terakhir, industri peternakan terus mengalami gejolak.

Diketahui, harga jagung di tingkat peternak mencapai Rp6.000 per kg yang mengakibatkan naiknya biaya produksi, sedangkan harga telur dan daging di pasaran cenderung turun.

“Mulai dari harga jagung yang mahal, yang membuat biaya pakan naik, bibit ayam (DOC) yang mahal, dan harga ayam yang anjlok membuat peternak merugi,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (17/9/2021).

Di sisi lain, Singgih mengatakan, Presiden menyetujui impor jagung untuk menstabilkan harga jagung yang mahal. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk menggunakan skema Cadangan Stabilisasi Harga Pangan (CSHP), sebesar 30.000 ton sampai dengan Desember 2021 untuk membantu peternak mandiri UMKM.

Baca Juga: Jokowi Minta Harga Jagung Rp4.500 per Kg, Kemendag Langsung Siapkan Regulasi Subsidi Harga

Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga menyetujui adanya Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) sebagaimana beras untuk menjaga kestabilan harga di pasaran.

“Oleh karena itu kami memohon Kemenko Perekonomian mengawal imbauan Presiden Jokowi tersebut,” katanya.

DPP Pinsar juga meminta pemerintah untuk menyelamatkan para peternak ayam petelur dan pedaging dengan cara memasukkan ayam dan telur ke dalam Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan sosial yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial.

Dengan demikian, telur dan daging ayam terserap dan peternak rakyat tidak merugi. Terkait hal ini, Presiden Jokowi telah menyetujui usulan tersebut.

Presiden Jokowi juga menyetujui agar terdapat segmentasi pasar untuk melindungi peternak rakyat. Caranya, perusahaan konglomerasi menjual dalam bentuk ayam tanpa bulu.

“Produk mereka harus dijual dalam bentuk ayam tanpa bulu, ayam beku atau produk makanan jadi. Dengan pembagian pasar tersebut, tidak terjadi yang kuat memangsa yang lemah,” katanya.

Persaingan

Selama ini, Singgih melihat, para peternak mandiri harus berhadapan langsung dengan ayam-ayam hidup dari perusahaan integrator raksasa. Dengan modal yang besar, perusahaan unggas raksasa yang sudah terintegrasi dari hulu ke hilir dinilai dapat memenangi persaingan di pasaran karena biaya produksi yang efisien.

Sementara peternak mandiri, memiliki ketergantungan pakan dan DOC yang tinggi terhadap integrator yang menyebabkan tidak bisa berproduksi secara efisien.

“Integrator dari penjualan DOC dan pakan kepada peternak sudah memiliki laba, jadi meskipun harga ayam atau telur di pasar rendah mereka tidak rugi. Sementara peternak mandiri, begitu harga ayam jatuh mereka bangkrut,” kata Singgih.

Baca Juga: Usai Terima Keluhan Peternak Terkait Harga Telur Anjlok, Pemerintah Siapkan Skema Subsidi Pakan

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU