Penyerapan Terus Lesu, Harga Gabah Petani Anjlok
Ekonomi dan bisnis | 27 Agustus 2021, 09:32 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Harga gabah petani cenderung rendah. Kasus harga gabah di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) ini terjadi 16 bulan berturut-turut sejak April 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kasus harga gabah di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) semakin intens dua tahun terakhir.
Pada kurun 2016- 2019, penurunan harga tersebut terjadi terutama pada puncak panen musim tanam rendeng, yakni periode Februari-Juni. Sementara, pada 2020, kasus harga gabah di bawah HPP, baik tingkat petani maupun penggilingan, terjadi sejak April 2020.
Kejadian terus berlanjut hingga akhir tahun 2020, lalu sepanjang Januari-Juli 2021. Dengan demikian, kasus harga gabah di bawah HPP terjadi selama 16 bulan berturut-turut.
HPP gabah kering panen (GKP), menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomer 24 Tahun 2020 ditetapkan Rp 4.200 per kilogram di tingkat petani dan Rp 4.250 per kg di tingkat penggilingan.
Jumlah kasus harga gabah di bawah HPP paling parah terjadi pada Juli 2021, yakni mencapai 44,68 persen (dari total lokasi transaksi jual beli gabah yang disurvei) di tingkat penggilingan dan 46,66 persen di tingkat petani.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah berpendapat, fenomena harga beras tahun 2020 dan 2021 turut dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
“Permintaan beras dari restoran, warung, dan sektor lain cenderung turun di tengah pembatasan mobilitas,” terangnya dalam diskusi ”Efektivitas Harga Eceran Tertinggi Beras” yang digelar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka), Kamis (26/8/2021).
Baca Juga: Penyerapan Bulog Menjelang Panen Raya Gabah di Karawang
Selain itu, penurunan harga gabah dan beras sejalan dengan turunnya nilai tukar petani (NTP). BPS mencatat, NTP tanaman pangan di bawah 100 selama Februari-Juli 2021, berarti indeks harga yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan harga yang dibayarkan petani.
NTP selama ini menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani.
Penyerapan lesu
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Soetarto Alimoeso mengutarakan, ada anomali terkait dengan situasi harga gabah dua tahun terakhir.
Sejak pandemi Covid-19, pasar beras cenderung lesu dan harga cenderung di bawah harga pada situasi tahun-tahun sebelumnya.
Para pengusaha penggilingan kecil kurang tertarik membeli gabah karena pasar beras lesu. Pembelian beras oleh pemerintah melalui Perum Bulog juga lesu sehingga berpengaruh ke situasi harga di tingkat petani dan penggilingan.
Penyerapan gabah/beras oleh Perum Bulog cenderung turun beberapa tahun terakhir. Realisasi pengadaan beras oleh Perum Bulog dari produksi dalam negeri terus turun.
Dari 2,96 juta ton tahun 2016 menjadi 1,57 juta ton di tahun 2017, lalu di tahun 2018 turun menjadi 1,21 juta ton, kemudian turun lagi menjadi 957.694 ton di tahun 2019, dan 752.079 ton di tahun 2020.
Baca Juga: Petani Di Karawang Berharap Harga Gabah Tidak Turun Saat Panen Raya
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Kompas.id