Wacana Impor Beras Usai Presiden Jokowi Serukan Benci Produk Asing, Ini Alasannya
Kebijakan | 6 Maret 2021, 17:23 WIB“Iron stock itu barang yang memang ditaruh untuk Bulog sebagai cadangan, dia mesti memastikan barang itu selalu ada. Jadi tidak bisa dipengaruhi oleh panen atau apapun karena memang dipakai sebagai iron stock,” ungkap Muhammad, dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Pengamat: KLB Demokrat Untungkan Rezim Berkuasa, Kendaraan Politik Pilpres 2024
Airlangga mengaku, pemerintah juga membeli beras besar-besaran dari petani lokal.
Bulog rencananya akan menyerap gabah setara beras 900 ribu ton saat panen raya Mare-Mei 2021. Pada Juni-September Bulog akan kembali membeli gabah setara beras 500 ribu ton
Sebelum pengumuman ini, beras impor asal Vietnam telah beredar di Pasar Induk Beras Cipinang. Beras impor ini berharga Rp9.000 per kilogram, lebih murah dari beras lokal.
Harga eceran tertinggi (HET) beras medium dan premium masing-masing dipatok Rp 9.450 dan Rp 12.800 per kg untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan.
Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) menolak rencana ini. Ketua Umum AB2TI Dwi Andreas mengatakan, hasil panen petani lokal sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Tahun 2021 ini tidak perlu impor beras karena stok memadai dan produksi naik. Lalu alasannya apa untuk mengimpor beras," kata Dwi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, potensi luas panen dan produksi beras pada Januari-April 2021 meningkat sekitar 26 persen dari tahun lalu. Produksi beras akan mencapai 14,54 juta ton pada periode ini.
Baca Juga: Jelang Bulan Puasa, Pemerintah akan Impor Beras hingga Gula
"Kalau sekarang ini wacana impor beras ini dimunculkan. Kasihan petani karena harga gabah bulan Februari itu sudah drop jauh," jelas Dwi.
Ia mengungkapkan, harga gabah kering panen (GKP) di pusat produksi sudah turun dari Rp4.600 per kg menjadi Rp3.995 per kg. Harga ini nampaknya akan turun lebih rendah lagi saat panen raya Maret-April.
Penulis : Ahmad-Zuhad
Sumber : Kompas TV