World Water Forum ke-10 Hasilkan Kolaborasi Regional Atasi Persoalan Air Global
Advertorial | 29 Mei 2024, 11:00 WIBBADUNG, KOMPAS.TV – Koordinator empat kawasan Asia-Pasifik, Afrika, Amerika, dan Mediterania mengidentifikasi adanya kesamaan tantangan di wilayah masing-masing dalam mengatasi parahnya krisis air dampak perubahan iklim.
Permasalahan tersebut menjadi bagian pembahasan sesi Regional Process World Water Forum ke-10 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis (23/5/2024).
Dalam sesi itu, masing-masing koordinator empat kawasan membagikan hasil diskusi satu tahun dan mendiseminasikan ide-ide nyata dalam mengatasi tantangan air regional.
Para koordinator juga mengidentifikasi langkah prioritas terkait krisis air tingkat lokal dan regional, berdasarkan pemahaman tentang aspek-aspek prioritas air yang umum dan konteks kewilayahan.
Salah satu kesepakatannya yaitu penguatan manajemen pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction) agar perubahan iklim khususnya terkait krisis air tidak semakin berdampak luas sehingga menimbulkan kerugian ekonomi dan kerusakan lingkungan yang parah.
Dalam sesi tersebut, Koordinator Kawasan Asia Pasifik, Chair of Governing Council Asia-Pacific Water Forum (APWF) Changhua Wu mengatakan, manusia sangat rentan mengalami kerugian ekonomi sebagai dampak perubahan iklim.
Karena itu, Changhua Wu mendorong pembangunan inklusif berbasis kesetaraan gender terkait pelestarian lingkungan, termasuk keterlibatan masyarakat dalam peningkatan tata kelola dan katalis keuangan, serta mendorong inovasi dan kemajuan teknologi.
Baca Juga: World Water Forum Ke-10 Resmi Ditutup oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono
"Pembangunan ketahanan penduduk dan kapasitas adaptif dalam menangani bencana merupakan hal yang mendasar bagi pembangunan berkelanjutan di kawasan ini," kata Changhua Wu.
Selain menyoroti dampak perubahan iklim yang perlu segera diatasi bersama, para koordinator dari empat kawasan di atas juga mencatat pentingnya peringatan regulasi yang memberi masyarakat hak atas air sebagai upaya mencegah konflik air.
Daftar identifikasi selanjutnya antara lain inovasi, teknologi, keterlibatan kaum muda serta masyarakat, dan solusi penggunaan air.
Menurut koordinator dari kawasan Afrika dan Amerika, upaya pengurangan risiko bencana memerlukan investasi dalam infrastruktur air berkelanjutan dan multiguna serta komitmen terhadap konservasi pemulihan ekosistem infrastruktur alam.
Mereka juga mengemukakan pentingnya menutup kesenjangan ekonomi di masyarakat hingga memperkuat institusi yang ada dengan kerangka peraturan, serta mekanisme koordinasi pada semua tingkatan untuk mengurangi risiko krisis air.
Hal di atas juga menjadi perhatian Presiden World Water Council (WWC) Loic Fauchon saat membuka proses regional pada Selasa (21/5/2024) lalu.
Ia menegaskan sesi proses regional sangat penting dan akan menjadi tonggak yang signifikan dari keseluruhan pembahasan tentang air dalam minggu ini.
Dalam sesi tersebut yang hadir menjadi pembicara di antaranya, Presiden Mediterranean Water Institute (IME) Alain Meyssonnier, CEO of Sabesp Benedito Braga, Executive Secretary of African Ministers’ Council on Water (AMCOW) Rashid Mbaziira, Chair of Governing Council Asia-Pacific Water Forum (APWF) Changhua Wu, dan Eelco Van Beek dari Asian Development Bank (ADB).
Seluruh sesi proses regional dikatakan Loic, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk berkolaborasi dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah air. Mengatasi air di masing-masing kawasan, maupun antar kawasan yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
"Semangat berkolaborasi tidak hanya menjadi pondasi yang kuat untuk masa depan (pengelolaan air) yang berkesinambungan. Tetapi juga memainkan peran yang krusial dalam kesuksesan (pengelolaan air) dari masing masing region," katanya.
World Water Forum ke-10 telah menghasilkan empat poin Deklarasi Menteri yang disahkan di akhir Pertemuan Tingkat Menteri, Selasa (21/5/2024). Deklarasi tersebut dihadiri 106 negara dan 27 organisasi Internasional.
Baca Juga: World Water Forum ke-10 Rumuskan Kolaborasi Atasi Tantangan Global tentang Air
Pertama, pendirian center of excellence untuk ketahanan air dan iklim guna mengembangkan kapasitas, knowledge sharing, dan pemanfaatan fasilitas yang unggul.
Kedua, dari Deklarasi Menteri adalah mengangkat dan mendorong isu pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada pulau-pulau kecil. Meskipun dikelilingi perairan yang luas, Indonesia tetap memerlukan sistem kelola yang baik untuk mengatasi tantangan kualitas dan ketersediaan air bersih.
Ketiga, pengusulan Hari Danau Sedunia atau World Lake Day. Danau merupakan sumber pasokan air yang menghidupi manusia sekaligus memiliki fungsi sosial dan ekonomi masyarakat.
Peringatan Hari Danau Sedunia tidak sekadar simbolis, tetapi sebagai salah satu kunci utama menjaga kelestarian danau di seluruh dunia.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV