Tips Membuat Karya Tulis dari Raditya Dika dan Karya Foto oleh Fotografer Puan Anindya
Advertorial | 5 Desember 2022, 16:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Dalam rangka peringatan HUT ke-65, Astra menyelenggarakan rangkaian acara, mulai dari Sustainability Webinar, InnovNation Webinar, Astra Career Meet Up, virtual exhibition, hingga webinar Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra 2022.
Memasuki tahun ke-14, Astra kembali mengadakan Lomba Foto Astra dan tahun ke-8 penyelenggaraan Anugerah Pewarta Astra. Tema yang diangkat tahun ini adalah “Bangkit Bersama untuk Indonesia”.
Lomba Foto Astra dibuka untuk umum, sementara Anugerah Pewarta Astra dapat diikuti oleh masyarakat umum dan wartawan. Anugerah Pewarta Astra mengajak jurnalis menulis kisah inspiratif tentang sosok penerima apresiasi SATU Indonesia Awards, penggerak Kampung Berseri Astra, atau Desa Sejahtera Astra.
Astra menyediakan serangkaian hadiah menarik yang bisa diraih oleh para pemenang Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra 2022 dari kategori wartawan maupun umum. Hadiah untuk para pemenang antara lain Samsung Galaxy Tab A7, DJI Mavic Mini 2, Honda Vario 160, Honda ADV 160, dan Honda PCX e:HEV sebagai hadiah utama.
Pendaftaran sudah dibuka mulai 5 September hingga 31 Desember 2022. Informasi selengkapnya bisa Anda lihat di situs https://satu-indonesia.com/.
Tips Menghasilkan Konten Naratif dari Raditya Dika
Content creator sekaligus penulis Raditya Dika akan membagikan pengalaman dan tips untuk menghasilkan sebuah karya tulis. Selain itu, ada Putri “Puan” Anindya yang juga berbagi kisahnya selama menjadi fotografer profesional.
Menurut Raditya Dika, di tengah kehidupan yang singkat ada baiknya untuk mengerjakan sesuatu yang benar-benar disukai. Dalam hal ini, Radit menemukan kecintaannya dalam menulis yang berawal dari hobinya membaca.
Baca Juga: Rangkaian Terakhir Perayaan HUT ke-65 Astra Hadirkan Sosok-Sosok Inspiratif dalam Bidang Kesehatan
Radit juga beranggapan bahwa semua seni adalah media untuk menyalurkan kegelisahan sang seniman. Karena itu, tulisan yang dihasilkan Radit merupakan kegelisahan Radit yang tersalurkan. Tidak hanya berakhir menjadi tulisan, sejumlah karya Radit telah dikembangkan menjadi standup comedy, film, hingga mini-series.
Radit mencontohkan, runtutan pengalamannya patah hati ia tuangkan menjadi buku dan film Koala Kumal. Selain itu, sudut pandangnya terhadap kehidupan malam Minggu di Jakarta Selatan disulap menjadi serial Malam Minggu Miko.
Radit memberikan tips untuk mengeksekusi ide yang sudah ada menjadi sebuah karya naratif. Radit menyampaikan, bila sudah ada ide, sebaiknya segera diubah menjadi cerita. Menurut Radit, cerita adalah sesuatu yang powerful karena sejak dulu manusia punya dorongan untuk bercerita dan mendengarkan cerita.
Peristiwa merupakan momen, sementara cerita adalah rangkaian peristiwa yang bercerita secara naratif. Rumus paling sederhana dalam storytelling versi Raditya Dika adalah keberadaan karakter, tujuan, dan halangan.
Radit menambahkan, ada banyak teknik menulis yang bisa digunakan. Poin pentingnya, rangkaian kalimat yang ditulis dapat memantik imajinasi pembaca. Radit sering menggunakan teknik menulis dengan kalimat aktif karena memudahkan pembaca membayangkan situasi dalam cerita.
Bagi Radit, judul sebuah karya tulis dapat ditulis lebih dulu atau belakangan, tergantung situasi. Radit menekankan, judul sebaiknya dibuat semaksimal mungkin karena merepresentasikan tulisan dan menjadi pintu gerbang bagi pembaca.
Radit mengatakan, kesalahan yang sering dilakukan penulis adalah menggunakan kalimat berlebihan sehingga tulisan tampak panjang. Jadi, merampingkan tulisan juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki penulis.
Menariknya, saat ditanyakan tips menghadapi writer’s block, Raditya Dika menganggap hal tersebut hanyalah mitos. “Writer’s block adalah mitos bagi penulis untuk menyalahkan pihak lain selain dirinya sendiri,” ucap Radit.
Untuk menghadapinya, penulis memang membutuhkan waktu untuk meregenerasi ide agar banyak opsi melanjutkan cerita. Penulis juga harus mengetahui struktur cerita buatannya dari awal sampai selesai. Usahakan untuk melihat banyak referensi yang akan memunculkan ide.
Tips bagi penulis pemula dari Raditya Dika adalah sebaiknya tidak mencari motivasi ke orang lain. “Fokus ke hal-hal yang bisa dikontrol oleh diri sendiri,” pesan Radit.
Berawal dari Hobi, Lanjut Jadi Profesi
Berbeda dengan Radit yang berangkat dari kegelisahan, Puan Anindya biasanya mengabadikan sebuah momen yang berasa dari gratitude. Hasil potret yang diambil Puan kebanyakan berupa momen yang menurutnya perlu dibingkai agar bisa dilihat secara terus-menerus.
Kecintaan Puan terhadap dunia fotografi berawal dari masa kecilnya yang sering melihat koleksi majalah National Geographic milik sang ayah. Puan yang berkuliah di jurusan jurnalistik pun mempelajari mata kuliah fotografi sehingga makin menggelutinya hingga menjadi hobi.
Selain mempelajari teknik fotografi selama berkuliah, Puan sering membagikan tugas esainya di media sosial Instagram. Puan menyadari minatnya terhadap fotografi landscape alam saat memotret sunrise di Caringintilu, Bandung.
Puan berusaha mengangkat keindahan alam Bandung karena saat itu Bandung lebih populer dengan wisata kuliner dan fesyen. Bahkan, Puan mendapatkan klien pertamanya dari Amerika Serikat dari unggahannya di Instagram. Hingga saat ini, klien Puan lebih banyak yang berasal dari luar negeri.
Puan memberikan tips bagi pemula atau yang baru ingin mendalami bidang fotografi. Pertama-tama, seseorang harus menentukan passion-nya terlebih dahulu. Pastikan bahwa fotografi adalah benar-benar passion Anda karena kalau masih bimbang akan sulit untuk konsisten.
Baca Juga: HUT Ke-65, Astra Hadirkan Festival Kesehatan Bertajuk
Menurut Puan, seseorang harus mengetahui keunggulan diri agar lebih mudah untuk mengembangkannya. Puan menambahkan, sense atau bakat memang bawaan dari lahir tetapi tetap perlu diasah. Sementara, skill adalah sesuatu yang dapat dilatih terus-menerus.
Puan menyarankan bagi pemula untuk memotret sebanyak-banyaknya terlebih dahulu dan jangan terpaku genre. Usahakan untuk rajin mencari referensi, bisa dari internet, majalah, atau buku fotografi.
Puan juga berpesan untuk memperhatikan kode etik fotografi dan jurnalistik yang berlaku di suatu negara atau organisasi. Menurutnya, kode etik tersebut sering terasa blur, subyektif, kontekstual, serta beririsan dengan moral.
Sebagai contoh, di beberapa negara saat memotret anak kecil diperlukan konsen serta izin dari orang tuanya. Namun, jangan lupa bahwa tiap orang memiliki kode etiknya masing-masing. Puan berprinsip, saat memotret sesuatu atau seseorang tidak ingin terlihat lebih buruk dari aslinya.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV