JAKARTA, KOMPAS.TV - KG Media kembali menghadirkan program Gagas RI, yakni sebuah ruang diskusi yang memberikan kesempatan kepada para pemikir untuk mengutarakan ide-idenya terkait isu teknologi terkini.
Karlina Supeli, filsuf dan astronom perempuan pertama, menguraikan gagasannya dan mengajak audiens berpikir secara kritis serta berimajinasi secara kreatif tentang sains dan teknologi, peradaban dan kebudayaan, manusia dan kemanusiaan, pendidikan humanitas dan humanisme, serta gagasan kemajuan.
Acara diskusi itu bersama Karlina dapat terlaksana di Studio 1 Kompas TV, gedung Menara Kompas di Jakarta, pada Senin (20/3/2023).
Apa yang sungguh distingtif pada Karlina Supelli adalah kecerdasan intelektualnya dan imajinasi kreatifnya mengeksplorasi gagasan-gagasan besar ini dalam dua tradisi sekaligus, yakni tradisi Barat dan tradisi Nusantara.
Tawaran gagasan Karlina di program GagasRI ini mendapat respons dari panelis yaitu Rektor Universitas Islam Indonesi, Fathul Wahid dan Dosen Fakultas Teknik Unika Atma Jaya serta Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS) Lukas.
Berlangsung selama 45 menit, Gagas RI episode ke-2 ini menggugah kesadaran audiens bahwa teknologi mengandung paradoks.
Baca Juga: Melihat Masa Depan dengan Pesatnya Perkembangan Teknologi dan Artificial Intelligence | GAGAS RI
Paradoks teknologi bukan berarti melenyapkan salah satu, dengan dan tanpa teknologi, tetapi diartikan sebagai minus malum – formulasi yang memiliki efek negatif paling kecil – terpaksa menjadi pilihan.
Tak heran, ajakan untuk bisa menguasai teknologi terus digencarkan.
Sebab, janji umum tentang Industri 4.0 adalah hidup akan lebih baik dan lebih mudah bagi mereka yang terlibat.
Meski begitu, risiko kesenjangan akan semakin lebar.
Penguasaan teknologi perlu diiringi kapabilitas diri dalam menggunakannya.
Berdasarkan data, belakangan ini negara-negara maju giat mengarahkan kebijakan pendidikan untuk melumerkan sekat-sekat di antara rumpun ilmu.
Arts (seni) kini telah ditambahkan ke dalam pendidikan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEAM).
Subjek tersebut diyakini bisa menjembatani pendidikan profesi dengan pendidikan humanistik.
Baca Juga: KG Media Hadirkan Diskusi Publik “Gagas RI”, Kupas Gagasan Para Pemikir Besar Indonesia
Sayangnya, di Indonesia bergerak arus sebaliknya. Akhir-akhir ini malah ada anggapan keliru seolah-olah yang serba-teknologi dapat menyelesaikan dengan jitu permasalahan pendidikan dan kemanusiaan.
Masa depan seakan-akan hanya perkara teknologi digital.
Pendidikan seakan dinomorduakan. Bahkan, ilmu humaniora (seni-budaya) seringkali diabaikan.
Padahal, ilmu dan pendidikan merupakan pintu masuk ke peradaban yang penuh keindahan.
Tak hanya bicara soal keindahan, kita juga mampu menghadapi segala carut-marut kehidupan dan peka terhadap ketidakadilan, ketimpangan, dan persoalan kemanusiaan lainnya.
Semakin kita peka, semakin tumbuh imajinasi sipil yang penting untuk memupuk kemanusiaan kita dalam hidup bersama.
Seperti apa diskusinya? Simak tayangannya di Moview.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.