Penguasaan teknologi perlu diiringi kapabilitas diri dalam menggunakannya.
Berdasarkan data, belakangan ini negara-negara maju giat mengarahkan kebijakan pendidikan untuk melumerkan sekat-sekat di antara rumpun ilmu.
Arts (seni) kini telah ditambahkan ke dalam pendidikan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEAM).
Subjek tersebut diyakini bisa menjembatani pendidikan profesi dengan pendidikan humanistik.
Baca Juga: KG Media Hadirkan Diskusi Publik “Gagas RI”, Kupas Gagasan Para Pemikir Besar Indonesia
Sayangnya, di Indonesia bergerak arus sebaliknya. Akhir-akhir ini malah ada anggapan keliru seolah-olah yang serba-teknologi dapat menyelesaikan dengan jitu permasalahan pendidikan dan kemanusiaan.
Masa depan seakan-akan hanya perkara teknologi digital.
Pendidikan seakan dinomorduakan. Bahkan, ilmu humaniora (seni-budaya) seringkali diabaikan.
Padahal, ilmu dan pendidikan merupakan pintu masuk ke peradaban yang penuh keindahan.
Tak hanya bicara soal keindahan, kita juga mampu menghadapi segala carut-marut kehidupan dan peka terhadap ketidakadilan, ketimpangan, dan persoalan kemanusiaan lainnya.
Semakin kita peka, semakin tumbuh imajinasi sipil yang penting untuk memupuk kemanusiaan kita dalam hidup bersama.
Seperti apa diskusinya? Simak tayangannya di Moview.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.