YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Titik Nol Kilometer, sebuah tempat di sudut jalan Malioboro yang enak untuk berwisata santai. Berada di persimpangan pusat Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi. Tepatnya, pertemuan Jalan A. Dahlan, Jalan Senopati, Jalan A. Yani dan jalan menuju Alun-alun Utara.
Wisata ini tidak dipungut biaya alias gratis.Oleh karena tempat ini juga merupakan pedestrian, pastinya banyak menarik penjual untuk berdagang.
Entah pedagang aksesoris, makanan-minuman, dan penjual jasa tato temporari. Tak ketinggalan juga para pengamen jalanan yang ikut memadati kawasan titik nol ini.
Tampak kursi taman berjejer rapi ditemani lampu taman dan juga beberapa pepohonan. Pemandangan gedung-gedung lawas yang merupakan sejarah bagi kota ini ikut menghiasi Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Gedung peninggalan kolonial Belanda tersebut dapat kalian liat sembari bersantai di beberapa sisi yang tersedia pada Titik Nol Kilometer.
Jika menghadap ke arah selatan, berderet gedung Bank Indonesia, Kantor Pos Indonesia, dan Gedung BNI 46. Di antara gedung kantor pos dan BNI 46 terdapat jalan menuju Alun-alun Utara juga Keraton Yogyakarta.
Apabila menghadap ke arah Utara, disebelah kanan terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret, Pasar Beringharjo, dan Benteng Vredeburg.
Benteng Vredeburg dahulunya merupakan bangunan yang menjadi markas tentara pada zaman kolonial Belanda. Sekarang, dialih fungsikan sebagai museum dengan nama Museum Benteng Vredeburg.
Baca Juga: Museum Rempah Sang Natha Wisata Edukasi Untuk Milenial
Selain itu, yang pasti tak luput dari pandangan adalah Gedung Agung Istana Kepresidenan. Menurut sejarah, gedung ini selesai dibangun pada tahun 1832.
Gedung tersebut dipakai sebagai tempat tinggal para Residen dan Gubernur Belanda di Yogyakarta. Pada tahun 1867, gedung ini sempat rusak akibat gempa bumi besar yang terjadi saat itu.
Menurut perjalanannya, perempatan titik nol kilometer ini sudah mengalami beberapa perbaikan dan perubahan. Dahulu sekitar tahun 70-an akhir, di tengah perempatan tersebut ada air mancur. Air mancur inilah yang diperkirana sebagai Titik Nol Kilometer.
Santai
Suasana siang dan malam hari juga berbeda di titik nol ini. Cuacanya tentu lebih terasa panas pada siang hari, oleh sebab itu banyak penjual minuman keliling.
Tak hanya itu, yang menjadi khas di titik nol ini adalah kulinernya, yaitu sate kere khas Malioboro. Sebutan kuliner dengan bahan dasar jeroan sapi, khususnya bagian koyor atau lemak yang menempel pada daging.
Umumnya dijual dengan harga Rp 10.000 per porsi. Namun, kalian harus teliti membeli dengan menanyakan harga terlebih dahulu dan membayar di awal. Jangan lupa juga untuk tetap menjaga kebersihan dengan buang sampah pada tempatnya.
Berbeda, saat petang tiba. Sepanjang trotoar sekitar perempatan Jalan Jendral Ahmad Yani dan Jalan KH Ahmad Dahlan menjadi tempat nongkrong menghabiskan malam. Kawasan ini akan dipenuhi oleh seniman jalanan, costplayer, beberapa komunitas lokal, dan jika beruntung biasanya ada pertunjukkan kesenian di area Monumen Serangan Umum.
Dengan suasana yang riuh dan dikelilingi gedung-gedung lawas, tentu yang tak boleh terlewat adalah berfoto ria. Kalian bisa berfoto di berbagai sisi dengan latar belakang bernuansa vintage nan klasik. Apalagi saat malam hari ketika lampu-lampu mulai dinyalakan. Gedung-gedung tersebut semakin memperlihatkan pemandangan yang artistik.
Jangan lupa untuk membeli oleh-oleh. Kalian bisa ke pusat oleh-oleh bakpia patuk yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari lokasi wisata tersebut.
Atau jika ingin lebih dekat kalian bisa mencari oleh-oleh di Pasar Beringharjo. Mulai dari baju batik, kaos, aksesoris, bakpia, dan lain sebagainya. Cukup berjalan sekitar 300 meter dari Titik Nol tersebut
Kota Lama Semarang
Menyajikan nuansa vintage untuk berfoto, mengunjungi kawasan Kota Lama yang terletak di Semarang merupakan salah satu pilihan yang tepat.
Kota Lama di Semarang merupakan kawasan gudang, perkantoran, dan permukiman pada zaman Belanda. Di lokasi wisata ini, gedung-gedung lama masih beroperasional sesuai dengan fungsi asli atau masih dalam tahap perbaikan atau perawatan bangunan.
Adapun bangunan-bangunan kuno menghiasi setiap sudut kawasan Kota Lama, seperti Gereja Blenduk, Restoran Spiegel, dan lainnya. Selain itu, di wilayah ini masih tergolong ramai dan menjadi jalan besar yang dilalui para pengendara.
Menariknya, semakin lama suasana wisata Kota Lama ini semakin hidup. Tak heran, jika malam hari semakin ramai untuk orang berwisata.
Selama beberapa tahun terakhir, Kota Lama Semarang terus dipercantik. Sisi-sisi jalannya mulai diberi pembatas, lampu-lampu taman juga bersinar cantik setiap malam.
Dengan demikian, Kota Lama Semarang cocok untuk menjadi pilihan wisata gatis dengan sudut-sudut bangunannya yang Instagrammable.
Baca Juga: 6 Wisata Pantai yang Bisa Dikunjungi di Kabupaten Tanah Bumbu
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.