JAKARTA, KOMPAS.TV - Istilah Bitcoin santer terdengar selama masa pandemi Covid-19 sebagai salah satu instrumen dengan nilai yang menjanjikan.
Nilai mata uang kripto ini terus menanjak dan membuat banyak orang menjadikannya sebagai investasi. Sebenarnya apa itu mata uang kripto dan Bitcoin?
Bitcoin adalah mata uang kripto yang dikembangkan oleh sosok yang diyakini bernama Satoshi Nakamoto pada Januari 2009.
Mata uang ini disebut kripto karena diamankan dengan teknologi kriptografi, yang diyakini tak bisa dipalsukan atau dibelanjakan secara ganda.
Baca Juga: Tergiur Keuntungan dari Shiba Inu hingga Bitcoin? Simak Dulu Tips Investasi Kripto
Seperti dikutip dari Investopedia, menggunakan teknologi blockchain, Bitcoin merupakan mata uang kripto yang terdesentralisasi.
Artinya, tak ada campur tangan pihak tertentu, seperti bank atau pemerintah, dalam transaksi selain pembeli atau penjual. Oleh karena itu, biaya transaksi diyakini bisa dilakukan dengan biaya minimal.
Selain Bitcoin, ada beberapa mata uang kripto lain seperti DogeCoin, Ethereum, Binance, Tether, Solana, dan lain-lain. Laman pelacak harga kripto, CoinMarketCap, melaporkan ada lebih dari 8.100 mata uang kripto yang dikenal.
Namun, nilai mata uang kripto menjadi sangat fluktuatif karena tak ada pusat yang mengatur kebijakannya. Harga pasar untuk mata uang kripto didasarkan pada penawaran dan permintaan.
Baca Juga: Setelah Hampir Tembus Rp1 Miliar, Harga Bitcoin Kini Anjlok 7 Persen
Biro Perlindungan Keuangan Konsumen Amerika Serikat mencatat, harga Bitcoin sempat turun 61 persen dalam satu hari di tahun 2013. Sedangkan rekor penurunan harga satu hari di tahun 2014 adalah sebesar 80 persen.
Karena fluktuatifnya nilai pasar, berinvestasi mata uang kripto disebut bisa membuat orang menjadi kaya atau bangkrut dalam waktu singkat.
Bitcoin saat ini merupakan mata uang kripto dengan kapitalisasi atau valuasi pasar terbesar di dunia. Menurut data dari CoinMarketCap, Senin (13/12/2021), nilai kapitalisasi Bitcoin sebesar 929 miliar dolar AS atau sekitar Rp13 kuadriliun.
Untuk harga satu Bitcoin pada Senin (13/12) setara dengan Rp703 juta. Dalam laporan Kompas.com, harga satu Bitcoin sempat nyaris mencapai Rp1 miliar.
Baca Juga: Meningkatnya Penambangan Bitcoin Sedot Banyak Listrik dan Tinggalkan Sampah Elektronik
Mata uang ini semakin populer setelah CEO Tesla Elon Musk dan pencipta Twitter, Jack Dorsey, menyatakan dukungannya terhadap mata uang kripto ini.
Bahkan Elon Musk yang mencuit tentang mata uang kripto Doge Coin dan Shiba Inu, membuat nilai mata uang itu meroket, membuat banyak orang ketiban cuan.
Tiap “keping” Bitcoin pada dasarnya merupakan file komputer yang tersimpan dalam “dompet digital”.
Dompet digital yang digunakan untuk menyimpan mata uang kripto biasanya berupa baris huruf kombinasi angka berupa kunci privat.
Para pemilik Bitcoin melakukan transaksi dengan cara mengirimkan uang digital tersebut dengan alamat dari kunci privat. Setiap transaksi Bitcoin tercatat dalam daftar publik yakni blockchain.
Baca Juga: Wow, Sejumlah Bioskop di Amerika Serikat Siapkan Pembayaran dengan Bitcoin
Transaksi ini memungkinkan riwayat Bitcoin seseorang bisa dilacak untuk mencegah seseorang membelanjakan koin yang tak mereka miliki, membuat salinan Bitcoin, atau membatalkan transaksi.
Melansir Kompas.com, ada tiga cara utama untuk mendapatkan atau membeli Bitcoin.
Bitcoin bisa didapatkan dengan cara “menambang”. Menambang di sini dalam arti bagaimana sebuah Bitcoin dimasukkan ke dalam sirkulasi di blockchain.
Para penambang harus menjaga agar blockchain atau buku besar yang mencatat seluruh transaksi mata uang kripto, tetap konsisten, dan lengkap.
Dibutuhkan komputer dengan perangkat keras yang canggih untuk bisa mengelompokkan transaksi baru ke dalam block. Jika berhasil, penambang mendapatkan imbalan berupa mata uang kripto.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.