Sejumlah minyak nabati disebut dapat meningkatkan risiko inflamasi. Sejumlah studi menunjukkan bahwa minyak nabati dengan kandungan asam lemak omega-6 sangat tinggi bisa menyebabkan inflamasi.
Salah satu minyak dengan omega-6 tinggi adalah minyak kedelai.
Akan tetapi, bukti bahwa omega-6 meningkatkan risiko inflamasi masih terbatas. Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk mendeteksi hubungan keduanya.
Karbohidrat refinasi atau refined carbs dapat meningkatkan risiko inflamasi. Pasalnya, karbohidrat ini tak memiliki serat yang cukup.
Serat meningkatkan kontrol gula darah dan memberi makan bakteri “baik” di usus.
Karbohidrat refinasi disebut membantu perkembangan bakteri usus yang dapat menyebabkan inflamasi, meningkatkan risiko obesitas dan peradangan usus.
Karbohidrat refinasi dapat ditemukan dalam permen, roti, pasta, minuman ringan, serta makanan olahan yang mengandung banyak gula atau tepung.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah. Terlalu banyak mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko inflamasi.
Peminum berat berisiko mendapat gangguan akibat toksin bakteri yang menyebar dari usus besar ke bagian tubuh lain. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi meluas yang dapat menyebabkan kerusakan organ.
Daging olahan memuat advanced glycation end products (AGEs) yang tidak baik bagi tubuh. AGEs dapat menyebabkan inflamasi.
Daging olahan sendiri diasosiasikan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, serta kanker perut dan usus besar.
Kanker usus besar dapat dipicu oleh reaksi sel usus besar terhadap inflamasi yang terjadi.
Baca Juga: Kabar Baik, Penerima Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna Punya Risiko Kecil Peradangan Jantung
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.