“Tattaqun” bukanlah sekadar identitas, tetapi sebuah panggilan untuk terus menghadirkan kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap langkah kita. Ini adalah proses yang terus-menerus, sebuah transformasi yang membutuhkan kesungguhan dan kejujuran dari dalam diri kita.
Kata “tattaqun” adalah fiil mudlari, menunjukkan kebutuhan akan konteks aktual sebuah pekerjaan, sebuah perbuatan yang terus menerus kita lakukan. Sementara “muttaqun” sebagai kata benda mengindikasikan kemapanan, sebagai hasil dari proses tersebut.
Oleh karena itu, saudara-saudara, mari kita pahami bahwa ibadah puasa Ramadan bukanlah sekadar rutinitas atau identitas, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membutuhkan kesadaran, kejujuran, dan kesungguhan dari dalam diri kita.
Marilah kita terus berusaha untuk meningkatkan takwa kita, untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Perlu kita pahami bahwa “tattaqun” bukanlah sekadar pangkat, gelar, atau identitas, yang mungkin lebih dekat dengan kata “muttaqun”. “Tattaqun” menuntut aktualitas riil dari sebuah perbuatan takwa, sebuah proses yang terus-menerus kita jalani dalam kehidupan sehari-hari.
Karenanya, bila selepas Ramadan tindak takwa tidak dilanjutkan, maka “la’allakum tattaqun” tidak akan didapat; sepadan dengan kembali ke kondisi sebelum Ramadan.
Artinya, ibadah puasa Ramadan seharusnya tidak hanya menjadi puncak dari kebaikan kita, tetapi menjadi titik awal bagi sebuah perubahan yang berkelanjutan menuju kesadaran dan takwa yang lebih dalam.
Banyak di antara kita yang berbuat baik di bulan Ramadan, tetapi setelah bulan suci itu berakhir, tidak sedikit dari kaum muslimin kembali ke titik nol.
Hal demikian menunjukkan bahwa kita belum meraih ketakwaan yang sejati.
Orang yang benar-benar bertakwa memiliki perisai diri yang kokoh.
Mereka tidak akan terjerumus dalam perbuatan korupsi, kekerasan, penyimpangan, atau segala bentuk kerusakan di muka bumi.
Mereka tidak akan mencari keuntungan semata, tidak tamak, dan tidak menyia-nyiakan mandat rakyat. Mereka yang bertakwa senantiasa peka dan tidak buta-tuli terhadap derita orang lain. Mereka menjadi pribadi yang selalu waspada dan menjauhkan diri dari segala bentuk kemunkaran.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Jika puasa diproyeksikan untuk meraih derajat takwa, maka marilah kita jadikan puasa sebagai mi’raj ruhaniah, yakni proses naik tangga ruhani ke puncak tertinggi kualitas manusia utama.
Puasa bukanlah sekadar menahan lapar dan haus, tetapi lebih dalam dari itu, puasa adalah sebuah proses pembentukan karakter dan kesadaran yang mengantar kita kepada ketakwaan yang sejati.
Marilah kita manfaatkan akhir dari bulan Ramadan ini sebagai peluang untuk melangkah lebih jauh dalam perjalanan spiritual kita, untuk menjadi manusia yang lebih baik tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi sepanjang tahun.
Marilah kita tetap teguh dalam menjaga perisai diri kita dari godaan dunia, dan terus berupaya menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan petunjuk untuk terus meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kita, dan semoga puasa kita diterima-Nya sebagai amal yang ikhlas.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Khotbah II
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ
. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Baca Juga: Momen Jemaah Salat Jumat Perdana Ramadan di Masjid Al Aqsa
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.