Terlebih pada masa sekarang, semua serba mudah. Para santri pun semakin dimudahkan dalam menuntut ilmu dengan beragam fasilitas dan teknologi yang ada.
Kegiatan ngaji senthir tersebut juga diharapkan menambah rasa syukur para santri dan menyadarkan bahwa pada zaman dulu semuanya tidak semudah saat ini.
Baca Juga: Kisah Ipda Mustaqim, Polisi di Boyolali Jadi Guru Ngaji Lansia Usai Bertugas
“Dalam situasi saat ini kita semua sudah difasilitasi berbagai fasilitas, bagaimana kia bisa membaca Alquran. Tapi pada zaman dulu sangat suit sekali untuk membaca Alquran tetapi semangatnya sangat luar biasa.”
“Petikan mutiara yang bisa kita ambil adalah supaya santri bisa tahu jerih payah para pendahulu dalam membaca Aquran atau mencari ilmu yang diridhai Allah SWT,” ucapnya menegaskan.
Mengenai alasan pemilihan lapangan sebagai lokasi kegiatan dan bukan di dalam masjid adalah untuk semakin mendekatkan santri dengan alam sekaligus merasakan kesuitan para pendahulu.
Di zaman dulu, kata dia, tidak ada tempat yang nyaman untuk mempelajari Alquran, para penimba ilmu, kata dia tak jarang menyempatkan waktu mengaji di tempat terbuka atau luar ruangan.
“Di lapangan pun para pendahulu bisa menyempatkan waktu untuk bermuajah kepada Allah dalam membaca Allquran dengan cara sesederhana itu yaitu menggunakan obor.”
Kegiatan ngaji senthir yang dilaksaakan malam itu merupakan kali keempat. Ia menyebut ngaji senthir telah menjadi kegiatan rutin tahunan di pondok pesantren tersebut.
Tahun ini peserta ngaji senthir mencapai lebih dari 200 orang, termasuk para santri dan santriwati serta keluarga dan pengurus pondok pesantren.
Selain mengharapkan agar para santri mengingat perjuangan para pendahulu dalam mempelajari Alquran, Ngaji senthir juga bertujuan agar Allah menganugerahkan malam lailatul qadar.
“Jadi ini rutin setiap tahun selama empat tahun berturut-turut dilaksanakan acara seperti ini. Jumlah pesertanya sekitar 200 lebih, dari santri dan dari keluarga yayasan.”
“Ini adalah momen untuk menyambut lailatul qadar, santri-santri dikumpulkan untuk mengaji bersama-sama (berharap) agar bisa mendapatkan lailatul qadar,” tambahnya.
Baca Juga: Kasus Santri Dianiaya hingga Tewas di Jambi, Pelaku Rekayasa Kematian Korban
Ngaji senthir tersebut juga merupakan kegiatan penutup sebelum para santri diliburkan menjelang Hari Raya Idlfitri dan kembali ke kampung halaman masing-masing pada keesokan harinya.
“Besok mereka pulang ke tempat masing-masing, mudik ke rumah masing-masing, liburan di rumah santri masing-masing.”
Seorang pengasuh pondok pesantren lainnya Inayatul Rohmah, menjelasan hal yang sama. Menurutnya dengan mengaji di ruang terbuka dapat menambah kekhusyukan.
Para santri dinilainya dapat lebih fokus membaca Alquran dengan penerangan yang sederhana, meski malam ini beberapa obor an senthir sempat pdam tertiup angin.
“Mungkin ada kesultan karena anginnya terlalu kencang, jadi sebagian penerangannya hampir mati. Tapi itu tidak mengganggu karena masih ada yang lain,” kata Inayatul.
“Ngaji ini lebih fokus karena penerangan berkurang, fokus tapi kita masih bisa mengondisikan karena beda dengan hari-hari yang lain.”
Seorang santriwati bernama Reha Salsabilla, mengaku dirinya lebih khusyuk mengaji di alam terbuka dan dengan penerangan api obor.
Remaja yang duduk di kelas XI ini juga mengaku semakin dapat merasakan bagaimana kesulitan para pendahulu dalam mempelajari ilmu agama.
“Senang mengaji begini, apalagi bareng teman-teman,” ucapnya.
Reha yang sudah lima tahun menjadi santri di pondok pesantren tersebut mengaku setiap tahun dirinya mengikuti kegiatan ini.
“Saya sudah empat kali ikut. Mengajinya lebih khusyuk dan sekaligus mengenang zaman rasul dulu.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.