YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Agama Islam mengenal tiga hari setelah Hari Raya Iduladha sebagai hari tasyrik.
Berdasarkan penjelasan ahli bahasa dan ahli fikih, hari tasyrik adalah tiga hari setelah Hari Raya Iduladha, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah.
Dinamakan tasyrik karena di hari-hari tersebut daging-daging kurban didendeng (dijemur di bawah terik matahari).
Melansir Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI), pada hari tasyrik ini, para jemaah haji sedang berada di Mina untuk melempar jumrah.
Sementara itu, umat Islam yang tidak sedang menjalankan ibadah haji dilarang berpuasa pada hari tasyrik.
Baca Juga: Hendak Dijadikan Hewan Kurban Iduladha 2023, Sapi di Surabaya Berontak hingga Terperosok ke Waduk
Muslim yang mampu atau memiliki harta berlebih disunahkan untuk berkurban. Beberapa ketentuan hewan yang dikurbankan di antaranya, berkualitas baik, gemuk, tidak sakit, tidak cacat, dan cukup umur.
Umat Islam diwajibkan untuk menikmati makanan dan munuman pada hari tasyrik.
Pasalnya, makan dan minum pada hari tasyrik menjadi bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Hari-hari tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman.”
Umat Islam diharamkan untuk berpuasa pada hari tasyrik. Diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah untuk mengelilingi Kota Mina dan menyampaikan:
“Janganlah kamu berpuasa pada hari ini (tasyrik) karena ia merupakan hari makan, minum, dan berdzikir pada Allah.”
Baca Juga: Resep Bumbu Sate Kambing Enak Gurih: Bumbu Kecap, Kacang, dan Ketumbar untuk Iduladha 2023
Hari tasyrik merupakan hari yang utama untuk berdzikir dan mengumandangkan takbir. Jumhur ulama menyatakan, selama hari tasyrik umat Islam disunahkan untuk mengumandangkan takbir setelah salat fardu.
Anjuran berzikir tertera di dalam Al Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW.
Di dalam Al Quran, Allah SWT berfirman:
Dan berdzikirlah dengan menyebut nama Allah pada hari yang berbilang. (QS. Al baqarah: 203)
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang ialah hari-hari tasyrik (menjemur dendeng); juga dikenal dengan sebutan hari-hari yang telah diketahui, yaitu hari belasan.
Ikrimah mengatakan yang dimaksud dengan berdzikir ialah bertakbir dalam hari-hari tasyrik sesudah salat lima waktu, yaitu: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar).
Zikir merupakan amalan ringan yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, sebagai cara manusia untuk selalu mengingat Allah SWT.
Saat hari tasyrik, zikir dilantunkan pada saat takbiran, membaca tasmiyah (bismillah, dan takbir saat memotong hewan kurban. Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah,” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Baca Juga: Sesuai Ketetapan Pemerintah RI, Puasa Arafah Boleh Dilakukan Rabu meski Jemaah Haji Sudah Wukuf
Amalan hari tasyrik berikutnya yakni berdoa. Doa yang banyak dipanjatkan Nabi SAW saat melakukan wuquf dan hari tasyrik terdapat di dalam Surat Al-Baqarah ayat 201, yakni:
Rabbana, atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina adzaban naar.
Artinya: “Ya Allah, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa api neraka.”
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu memanjatkan doa sapu jagad tersebut.
Imam Syafii mengatakan, dari Abdullah ibnus Saib, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW mengucapkan doa berikut di antara rukun Bani Jumah dan rukun Aswad, yaitu: Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Oleh karna itu umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa pada hari tasyrik karena setiap doa dan permohonan ampun akan dikabulkan Allah.
Doa utama yang dapat dipanjatkan adalah doa sapu jagat untuk memohon keselamatan dunia dan akhirat.
Sumber : Kompas TV/Kemenag RI
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.